Minggu, 30 Desember 2012

The Invisible Princess

Diposting oleh Icha Elias di 20.00



Cast : Arania, Johnny and all others

The story is purely mine! don't take anything from here without any credit! if you do. i'll find and kill you.

***


Semilir angin berhembus lembut membelai rambut Arania. Ia sedang mengarahkan perhatiannya kearah jendela dikelasnya. Tatapan sendu dan kosong terlihat di kedua matanya. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan. Tapi yang jelas, ia sama sekali tidak tertarik untuk melihat kearah papan tulis atau kearah depan. Padahal dosen sedang menjelaskan materi kuliahnya.

Angin yang menyeruak masuk melalui jendela terbuka itu selalu membuat hati Arania tenang. Dan itulah salah satu alasan ia selalu memilih tempat duduk tepat didekat jendela. Rasanya damai.

Melihat orang-orang berjalan dan melakukan aktifitas dibawah sana membuatnya merasa sedikit lebih baik.



“Baiklah, cukup sudah materi yang saya berikan hari ini. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya” Dosen berseru kemudian berjalan keluar kelas. Arania mengalihkan pandangannya ke tumpukan buku di mejanya. Ia mendesah. Beberapa mata kuliah membuat otaknya ingin meledak.

“Hah!! Aku heran kenapa aku harus menjalani masa kuliahku ditempat ini. Dan aku juga heran mengapa dosen tak henti hentinya memberi tugas! Mereka pikir aku ini apa?! Aku kan juga butuh istirahat” omel sahabat Arania. Itu Lily, sahabat satu-satunya yang dimiliki oleh Arania. Satu satunya? Iya, di kampus Arania sama sekali tidak mempunyai teman dekat kecuali Lily. Memang, ia punya banyak teman sekelas ataupun kenalan di kampus ini. Tapi tak satupun selain Lily yang mengerti dirinya.

Arania. Apa yang bisa didefinisikan dari gadis itu? Apakah ia pintar? Cantik? Terkenal?
Okay, Arania bukanlah siapa-siapa. Ia sama sekali tidak termasuk dari kriteria yang disebutkan tadi. Ia pintar? Tidak. Ia tidak pintar juga tidak bodoh. Cantik? Coret kata itu dari hidup Arania. Ia sama sekali belum pernah mendengar seorang pria atau siapapun –kecuali ibunya- memujinya dengan menggunakan kata itu. Tapi bukan berarti ia tidak cantik. Ia hanya sudah memvonis dirinya sebagai gadis terburuk dan terjelek didunia. Dua kata, Arania berlebihan.

Apakah Arania terkenal? Oh tidak, ia sama sekali tidak terkenal. Bahkan teman sekelasnya pun terkadang tidak mengenal Arania jika diluar kelas.

Inti dari semua itu adalah, Arania sama sekali bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Ia tau dirinya mungkin sama sekali tidak penting bagi orang-orang disekitarnya. Ia hanya membuat populasi kelasnya menjadi penuh.
Tidak ada yang spesial dalam diri Arania. Ia sering berpikir begitu. Ia sering sekali merasa dirinya tidak sempurna. Ia sering sekali berburuk sangka.

I’m nothing.

Begitu menyakitkan. Pikir Arania.
Jika ia memikirkan tentang kenyataannya, ia selalu menitikkan air mata. Tapi kali ini, ia mencoba menahannya. Ia tidak mau dibilang cengeng oleh Lilly yang sekarang sedang di depannya.


***


“Bisa tolong antarkan buku ini pada Johnny?” kata Lilly pada Arania saat mereka sedang berada di cafeteria.
“What? Me? No!” jawabnya ketus.

“Yes, you. Kumohon antarkan.. aku tau sebenarnya kau mau kan?”

“Tidak. Dia saja tidak pernah mengingat namaku. Untuk apa aku mau”

“Ayolaaaah, aku tidak bisa. Kau tau jika aku melihat wajah Johnny, aku pasti sudah ingin memeluk dan berteriak karena dia begitu tampan” pinta Lilly dengan wajah memohon.

“Tidak bisa. Itu urusanmu kan? lagipula kenapa buku itu bisa ada padamu? Kau mencurinya huh?” tolak Arania sekali lagi.

“Aku tidak mencurinya. Aku menemukan buku ini di meja saat kelas bahasa prancis tadi. Aku tidak akan kuat untuk mengantarkan buku ini dan melihatnya, aku bisa mimisan sebelum berkata apa-apa” wajah Lilly sekarang sudah sangat meyakinkan untuk meminta bantuan pada Arania.

“Kenapa harus aku?”

“Karena kau sahabatku dan karena kau lah yang paling biasa saja saat bertemu Johnny. Kau tidak lihat kalau pria itu selalu mendapat teriakan histeris dari semua gadis. Tapi anehnya, kau tidak termasuk. Kalau kau tidak menyukainya karena dia tidak ingat namamu. Kau harus maklumi, kau tau kan kalau Jhon tidak mungkin mengingat nama-nama gadis disekolah ini” ucap Lilly panjang lebar. Kata-kata itu sedikit membuat Arania sedikit berpikir dan juga sedikit jengkel. Itu bukan alasan kan untuk mengingat nama seseorang. Dalam hati Arania berkata.

“Baiklah” kata Arania akhirnya. Ia menyetujui perintah Lilly, ia terpaksa melakukan ini. Ia tak mungkin membiarkan temannya pingsan didepan Johnny kan.

“Kyaaaaaa.. terima kasih Arania. Kau memang temanku yang paling baiiiiiiiiiiikk” teriak Lilly kegirangan.

“Oh ayolah, dia hanya Johnny bukan Johnny Deep!”


***

Arania menunggu Jhonny dengan sabar didepan papan pengumuman. Ia sangat yakin pria itu pasti akan lewat sini. Karena ia sering melihat pria itu disini. Merasa bosan, Arania lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tiba-tiba ia menemukan sebuah poster yang tertempel dipapan pengumuman, kertas dengan segala design didalamnya.

“PROM NIGHT”

Arania mendesah, baru baca judulnya saja ia sudah yakin ia tidak akan ikut kedalam acara itu. padahal itu adalah sebuah acara yang cukup menarik untuk didatangi.
“Hem. Aku tidak akan hadir. Em, apakah ini adalah salah satu cara agar seluruh kampus tau bagaimana rupaku saat aku menggunakan gaun atau dress cantik?” katanya pada diri sendiri kemudian tersenyum sinis pada papan itu.

Ia kembali berbalik badan. Sedikit kaget melihat Johnny akan berjalan kearahnya. Bukan menghampirinya, tapi untuk melewati jalan itu. Kini Arania harus berjalan dengan cepat untuk memberikan buku itu pada Johnny.
“John” panggil Arania cepat. Kalau boleh jujur, inilah pertama kali Arania berinteraksi langsung dengan superstar kampusnya ini.

“Ini bukumu. Lilly yang menemukannya di kelas prancis kemarin” ucapnya setelah berada tepat didepan Johnny dan memberikan buku itu. Johnny tersenyum. senyum yang mematikan.
Hati Arania lumayan terenyah. Well, siapa yang tidak terpesona melihat senyuman Johnny. Walaupun ibu-ibu sekalipun, ia pasti akan ikut terpesona.

“Oh, aku lupa memasukan ini kedalam tas” katanya

“Ya, kurasa pria sempurna itu juga memang bisa lupa juga” ucap Arania tanpa pikir panjang diselingi tertawaan yang sangat dipaksakan.

“Terima kasih”

“Arania. Namaku Arania” potong Arania menyebutkan namanya. Karena ia tau John pasti sama sekali tidak tau namanya.

“Oh, terima kasih Arania”

“Sama sama, kuharap kau tidak meninggalkan buku lagi agar Lilly tidak menyuruhku untuk mengantarkan buku lagi. Well, aku bukan kurir” ceplos Arania asal-asalan. Bodoh! Apa yang aku katakan! Rutuknya dalam hati.

Johnny tertawa, biarpun begitu karismanya tetap terlihat dan tidak pernah membuat ketampanannya luntur sedikitpun.

Sudahlah Arania. Lebih baik kau pergi dari tempat ini sebelum kau benar-benar menyukai pria ini.
Iya, Arania memang sedikit menyukai Johnny. Oh tidak, tidak sedikit. Tapi banyak. Err.. susah untuk menjelaskannya. Tapi yang jelas jantung Arania selalu berdegup kencang ketika ia melihat pria itu. Dan tidak bisa ia pungkiri kali ini pun ia merasakan hal itu. Hal yang membuatnya salah tingkah. Hal yang membuatnya seperti orang bodoh.

“Ohya, kau itu pernah sekelas denganku saat pelajaran bahasa prancis kan?”

Arania mengangguk. “Kau benar, kita sekelas saat itu”

“Kalau begitu sampai jumpa besok” ucap Johnny sebelum ia melangkah pergi menjauhi Arania yang masih memandangnya dengan tatapan kebingungan.

“Apa maksud pria itu dengan sampai jumpa? Ihh” gerutu Arania tidak mengerti.

***

Arania hanya bisa menutup kedua telinganya tadi. semenjak tadi pagi, yang ia dengar hanyalah tentang acara prom night yang akan dilaksanakan nanti malam. Sudah beberapa puluh gadis yang sedang membicarakan gaun apa yang akan mereka kenakan nanti malam. Dan pastinya gadis-gadis itu akan berdandan total untuk membuat seorang Johnny sang superstar sekolah terpesona. Namun Arania masih pada keputusan awalnya yaitu tidak akan datang. Walaupun Lilly masih berusaha untuk membujuknya. Tapi hasilnya? Arania hanya menutup kuping kemudian menggeleng.

“Tidak mau!!!” teriak Arania pada Lilly.

“Harus! Kau harus tampil cantik malam ini. Aku yakin kau pasti akan mendapatkan pasangan yang tampan nanti malam. Atau mungkin kau akan berpasangan dengan Johnny!” kata Lilly berteriak histeris.

Menjadi pasangan Johnny? jujur saja, Arania memang menginginkan hal itu. Tapi setelah dipikir-pikir itu tidak akan mungkin. Di sekolah ini begitu banyak gadis-gadis. Dan Johnny bukan pria bodoh yang akan memilihnya untuk berdansa.

Arania tersenyum mengejek pada Lilly, walau dalam hatinya ia sangat ingin.

“Terima kasih.. kurasa tidak perlu”

“Ayolah” Lilly membujuk

“Aku tidak punya gaun” ujarnya beralasan berharap sahabatnya akan menyerah dan berhenti membujuknya.

“Aku punya banyak, aku akan meminjamkan gaunku yang paliiiiiing cantik untukmu dengan senang hati”

“Ti..” sebelum Arania menyelesaikan kata-katanya Lilly sudah lebih dulu menutup mulutnya.

“Nanti malam jam enam, aku akan menjemputmu dan akan menyulapmu menjadi puteri yang cantik” kata Lilly sepihak kemudian mengedipkan sebelah matanya.

“What?” Lilly memelototinya dengan kedua matanya. Bisa menebak bagaimana Lilly jika sudah marah? Sudah pasti lebih seram dari dosen ter-killer di kampus ini.
Kali ini Arania hanya bisa pasrah.

***

Johnny sudah berdiri dari tadi di area pesta. Namun matanya masih saja mencari-cari seseorang yang sepertinya sedang ia tunggu. Malam ini ia benar-benar terlihat seperti seorang superstar yang sebenarnya. Setelan jas berwarna hitam itu membuat wajahnya semakin terlihat tampan. Semua mata gadis tertuju kearahnya. Johnny mencoba untuk bersikap biasa, karena ia memang bukan tipe orang yang suka tebar pesona. Walaupun pesta dansa sudah dimulai dan terlihat beberapa pasangan sudah berdansa. Namun Johnny masih enggan untuk menari. Ia masih belum menemukan pasangan yang menurutnya cocok untuknya.

Jhonny berbalik. Bola matanya terhenti pada sebuah objek. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Apakah ia tidak salah lihat?
Sudut-sudut bibir Jhonny terangkat naik. Ia terus memandang seorang gadis yang sedang berjalan kearahnya. Gadis yang mengenakan gaun berwarna soft pink itu benar-benar telah membuat terpesona. Gadis itu memang menutup matanya dengan topeng sehingga Johnny tidak bisa begitu jelas melihatnya. Tapi itulah gadis yang ia tunggu. Dan ia sudah tau siapa gadis dibalik topeng itu. Johnny bisa merasakan gadis itu ikut tersenyum kearahnya.

Tanpa ia sadari, kakinya berjalan kearah gadis itu. Gadis itu melepas topengnya dan menunjukan rupanya dibalik topeng itu. Rambut cokelatnya ia biarkan turun mengikal dan menjadi pemanis ditubuhnya. Mata mereka saling bertatapan dan berpandangan. Seolah tidak ingin melewatkan saat-saat ini, bahkan mengedip sekalipun rasanya sulit.

Gadis yang terlihat sangat cantik malam ini itu tersenyum kearahnya. Gadis itu juga tidak percaya bahwa ia akan mendapat moment seperti ini malam ini. Ia harus berterima kasih pada sahabatnya yang telah menyihirnya untuk menjadi seorang puteri walau hanya satu malam.
Johnny semakin melebarkan senyuman ketika mereka sudah berhadapan.

“Senang bertemu lagi denganmu Puteri Arania” ucapnya lembut.
Arania tertawa kecil. “Sejak kapan aku menjadi puteri?”

“Sejak aku tau bahwa aku menyukaimu” jawab Johnny.

Arania tertawa lagi. “Arania, Would you like to dance?” tanya Johnny dengan mengulurkan tangan kanannya kepada Arania, berharap gadis itu menerimanya. Arania mengangguk. Oh, kapan lagi ia akan mendapat hal-hal begini kan.

“Kau tau aku pedansa yang buruk” ujar Arania. Alis Johnny terangkat.

“Benarkah? Mari kita buktikan”

Johnny melingkarkan tanganya dipinggang Arania. Alunan musik klasik membuat Arania dan Johnny merasa menjadi satu-satunya pasangan yang sedang berdansa disana. Johnny masih tidak bisa menghapus senyumannya kepada Arania.

Arania masih belum bisa percaya apa yang terjadi malam ini. Ia menjadi seorang puteri yang sekarang sedang berdansa dengan pangeran tampan. Apakah ia seorang Cinderella? Apakah ia boleh meminta agar saat-saat ini tidak akan pernah habis dimakan oleh waktu?

“Kau kaget?” tanya Johnny memulai pembicaraan disaat mereka berdansa.
“Hem?” Arania bergumam tidak mengerti. “Kau tidak kaget tiba-tiba aku menghampirimu dan mengajakmu berdansa ‘huh?”

“Tidak” Arania berbohong. “Hahaha baiklah aku berbohong, aku sangat kaget. Disini banyak yang jauh lebih cantik dari pada aku. Kau bahkan tidak pernah mengingat namaku”

“Siapa bilang? Aku tau namamu. Hanya saja waktu itu kau terlalu sensitif”

“Aku tau kau adalah Arania, seorang gadis biasa saja bahkan kau bisa dibilang seorang gadis bodoh yang selalu ceroboh dalam melakukan apapun. Kau selalu menyalahkan dirimu. Kau selalu menganggap dirimulah yang paling buruk didunia ini. Apa aku benar?” lanjut Johnny panjang lebar, seolah ia sudah tau apapun tentang Arania.

“Bagaimana kau bisa tahu dan bagaimana kau bisa menyukaiku padahal kau tau semua keburukanku?” Arania mengerutkan alisnya.

“Aku menyukai seorang Arania yang sering menolong seekor kucing dijalan raya, aku menyukai seorang Arania yang hatinya tergerak ketika kau melihat orang kesusahan, aku menyukai seorang Arania yang pernah memaki pengendara mobil. Aku suka semua itu” Mata Johnny berkaca-kaca seolah hatinya damai ketika ia menceritakan hal itu pada Arania.

Arania hanya bisa melongo kebingungan dan menghentikan dansa-nya. “Kenapa berhenti?” Johnny heran.

“Kau..kenapa kau bisa tahu? Apa kau ada dilokasi kejadian?”
Johnny mengangguk. “Ya, waktu itu ada seekor kucing yang sedang menyebrang dan kau dengan beraninya menghentikan mobil orang lain dan membiarkan kucing itu lewat” ceritanya.
Arania memandang Johnny kebingungan namun di detik berikutnya ia tersenyum. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa hal kecil itu bisa membuat hati seorang Johnny tergerak. Padahal itu sama sekali tidak ada apa-apanya.

“Dan ini semua rencanaku dengan Lilly, aku yang menyuruh Lilly untuk menyuruhmu menjadi kurir buku kemarin. Aku yang menyuruh Lilly untuk memaksamu datang malam ini”

“Bodoh!”

“Haha. Kau jauh lebih bodoh karena selalu bersikap biasa saja ketika melihatku”
Mereka berdua tertawa kemudian bola mata mereka kembali bertemu.

“So, Puteri Arania. Would you be mine?”

Arania membulatkan matanya dan membuka mulutnya tidak percaya. Johnny sang superstar mengatakan hal ini padanya! Ini kalimat yang tidak pernah ia percaya akan keluar dari mulut Johnny. Arania cepat-cepat mengangguk. Ia tidak mau kelamaan menjawab dan membuat Johnny mengubah pikirannya.

“Yes, I would” jawabnya.

“Of course, you belong with me.”


***

THE END

okay.-. i know it was so so sooooo stupid story. hahaha
comment please, it would mean so much for me. xoxo 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Icha's Room Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review