One Direction
Author
- Icha Elias
- I wish i could be future programmer. Sometimes, i'm writing, but i haven't finish all my stories. i studied in Gunadarma University.
Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 05 Februari 2012
My Lovely Idol | Part 7
Tittle : My Lovely Idol
Author : Icha Elias or Ummu Aisyah (@MrsEliasChoi on twitter)
Rating : PG 13
Length : Series
Repost from : http://mrschoiminho.wordpress.com/
Cast : Choi Sanghee, Lee Donghae, Lee Hyukjae and all others
Siang hari ini mereka merasa begitu bahagia, berkali-kali mereka mencoba begitu banyak wahana yang ada di taman hiburan, melepas penat dan lelah. Sanghee tak henti-hentinya tertawa lepas bersama Donghae. Ia cukup merasa puas dengan Donghae siang ini. Ternyata Donghae tak seburuk yang ia kira sebelumnya. Nilai plus untuk Donghae bertambah dimatanya.
“Ayo kita naik jet coaster!!” seru Sanghee ketika merka sudah berada didepan sebuah wahana yang tak lain adalah jet coaster.
“Kau yakin?” tanya Donghae ragu. Sanghee mengangguk cepat. “Iya… aku yakin! Cepat cepat!!”
“Tapi tadi kau makan banyak sekali… bagaimana kalau nanti—”
“Aish.. sudahlah tidak akan terjadi hal buruk… ayo kita naik!!!!!!!” tanpa peringatan dari Donghae, gadis itu langsung menarik tangan Donghae. Ia berlari memasuki wahana jet coaster itu dengan semangatnya. Donghae merasakan firasat sedikit buruk saat mereka menaiki tempat duduk diwahana itu.
“Aduh… firasatku tidak enak”
“Tidak akan terjadi apa-apa… tenang saja! Kau ini terlalu banyak menonton film Final Destination yah? Hahahhahahaha” tawa Sanghee menggelegar telinga Donghae, kata-kata itu langsung menusuk kehati Donghae yang notabene seorang pria. Tapi Donghae tidak berani membalas ejekan Sanghee ia menggumam sambil mendengus sebal.
***
“Hoeeekkk”
Pria itu menyandarkan tubuhnya didinding didepan Toilet wanita. Beberapa kali ia melihat banyak gadis yang berlalu lalang keluar dari toilet itu. tapi tak kunjung menemukan Sanghee yang tengah keluar. Sudah setengah jam gadis itu berada didalam toilet untuk memuntahkan isi perutnya akibat naik jet coaster tadi.
“Sudah kubilang naik jet coaster itu bukan pilihan yang tepat ckck” gerutu pria itu sendirian. Terlihat gadis-gadis yang baru saja keluar dari toilet itu menatap Donghae dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menurut mereka Donghae terlalu mencolok. Ia buru merapikan topinya dan menutup mulutnya dengan tangan alih alih agar identitasnya tidak terbuka.
“Aish… sedang apa gadis itu didalam? Apa ia tidak tau tempat ini begitu berbahaya bagiku” untuk kesekian kalinya pria itu menggerutu. Tapi tiba-tiba ia tersenyum, menyadari hari ini begitu berharga bagi dirinya. Jika didefinisikan akan terlalu rumit (?) intinya, mereka berdua sama sama merasa puas akan hari ini. Tadi siang mereka menyantap ice cream bersama, makan siang bersama, menaiki beberapa wahana bersama. Donghae masih sangat ingat betapa mengesankannya saat Sanghee yang berteriak ketika naik jet coaster, betapa menggemaskannya wajah Sanghee ketika Donghae mengatakan bahwa Sanghee cantik hari ini. Kedengarannya memang sangat melelahkan, tapi bagi Donghae dan Sanghee hari ini begitu mengesankan. Jika Donghae boleh berharap, ia ingin sekali hari ini akan terasa sangat lama dan tak akan pernah habis. Ia masih ingin melihat Sanghee yang tertawa karena dirinya, ia masih ingin melihat Sanghee yang tersenyum karena dirinya, ia masih ingin melihat Sanghee tersipu karena dirinya, ia masih ingin mengembalikan mood Sanghee yang sempat rusak karena Hyukjae tadi. Dan yang paling terpenting adalah ia ingin Sanghee mengetahui isi hatinya sebenarnya. Bahwa Donghae begitu bahagia ketika melihat Sanghee yang selalu tersenyum padanya.
Sanghee keluar dari toilet dengan raut wajah pucat. Wajahnya sedikit berkeringat karena tadi ia habis memuntahkan isi perutnya. “Umm.. perutku sakit” gumamnya pada Donghae.
“Sudah kubilang! Ini salahmu.. kau tau huh?” kata Donghae mengelus bahu Sanghee pelan, memberikan sebuah ketenangan disana. ia lalu menuntun tubuh Sanghee yang sudah lemas itu ke sebuah tempat duduk yang tak jauh dari sana.
“Huhuhu muaaal…” erangnya. “Haaah.. apa yang harus kulakukan?” Donghae mengacak rambutnya bingung. “Pinjamkan bahumu”
“Untuk apa?” Donghae mengernyit heran “Sudahlah pinjamkan sajaaaa!!!” teriaknya.
“Ne ne…” jawab Donghae cepat. Ia mendekatkan bahunya pada kepala Sanghee. Sebelum gadis itu akan teriak lebih keras dari sebelumnya. Donghae sedikit terlonjak kaget tak percaya setelah merasakan Sanghee menyandarkan kepalanya dibahu Donghae. “Sa..Sanghee-ya” ucapnya terkaget tidak percaya. “Jahat!!” kata Sanghee tiba-tiba. “Mwo?? Siapa yang jahat huh?” Donghae membelalakan matanya setelah Sanghee menyerukan kata ‘Jahat’ ia merasa dirinya tertuduh atas kalimat itu.
“Kau Jahat… seenaknya saja meninggalkanku yang sendiri disini! Aku memang menghargai pekerjaanmu sebagai entertainer.. tapi tak seharusnya kau membatalkan janji kencanmu padaku.. kau tau betapa jahatnya dirimu huh?”
Donghae mengerutkan dahinya. Sanghee sedang melantur kah? Dia sedang membicarakan tentang siapa? Jelas sekali bahwa itu bukan dirinya.
“Ya! Kau ini sedang bicara apa sih huh?” Donghae heran.
“Orang jahat!”
“Siapa?” tanya Donghae penasaran
“….” Sanghee terdiam, ia tidak berani menjawab.
Apakah gadis ini mabuk hah? Tapi dia kan tidak sedang minum-minum? Donghae kembali berkutat dengan pikirannya.
Tiba-tiba ia merasakan bahunya basah. Ia mendongakan kepalanya keatas langit tapi sama sekali tak menemukan setitik air yang jatuh dari sana. Lalu air apa yang jatuh kebahunya barusan.
apakah… “Sanghee-ya, kau menangis?” tanya Donghae. Ia sedikit mengangkat wajah gadis itu dan ternyata benar. Wajah gadis itu sedikit basah karena air bening yang keluar dari matanya.
“Kau menangis”
Sanghee menggeleng.
“Kenapa?”
“Tidak apa-apa kok”
“Apanya yang tidak apa-apa” Donghae terlihat sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu.
“Kau sedang memikirkan Hyukjae ya?” tebak Donghae sok tau. Tapi Sanghee malah tambah diam, ia sama sekali tak menjawab. Menggerakan kepalanya pun tidak.
“Dia jahat!” katanya pelan. “Aku kecewa padanya… aku sama sekali tak percaya dia benar-benar meninggalkanku disini” sambungnya, hati Donghae seakan ditiban beban berat. Ia begitu sesak ketika gadis itu menyebut kata ‘Hyukjae’. Tapi melihat Sanghee menangis seperti ini pun ia tidak tega. Ia ingat betapa menyesalnya ia saat membuat Sanghee menangis kemarin. Walaupun sebenarnya itu adalah peristiwa yang sama sekali tak ingin mereka berdua ingat.
Donghae mencoba tersenyum tegar. Pria itu kemudian meraih tubuh Sanghee dan mencoba memeluk gadis itu. Menenggelamkan wajah gadis itu didadanya. Seolah menyuruh gadis itu menangis disana. “Kau mau menangis? Menangis saja disini… aku sedikit tidak suka melihat air mata seorang gadis” kata Donghae ditelinga Sanghee. Gadis itu memejamkan matanya kemudian menangis terisak disana. Ia merasa seperti ada dorongan untuk menangis ketika Donghae menyandarkan wajahnya didada bidang pria itu. Sanghee sedikit sesenggukan. Namun Donghae mengelus rambut gadis itu lembut. Membuat Sanghee sedikit merasa lebih tenang.
setelah beberapa menit Sanghee menangis disana. ia memejamkan matanya. Sanghee seperti tidak ingin waktu-waktu seperti ini berjalan. Ia ingin sekali detik-detik sedikit diperlambat, supaya ia masih bisa menenggelamkan kepalanya didada Donghae. Ia begitu nyaman.
“Hei.. sepertinya kau jadi ketagihan dipeluk ya?” goda Donghae yang melepaskan sedikit pelukannya untuk melihat wajah Sanghee yang basah.
“Mwo? Ish.. jangan terlalu percaya diri!” Sanghee meninju pelan lengan pria itu. “kalau begitu tersenyum lah… tadi kau tidak berhenti-hentinya tertawa.. kenapa sekarang malah menangis.. aneh sekali”
“baiklah… heeemppp~” Sanghee memaksakan senyuman merekah diwajahnya. Donghae tertawa kecil melihat ekspresi dibuat-buat Sanghee. “Haha.. begitu lebih baik”
“Hehehehe” tawanya
Pria itu kemudian tersenyum tulus lalu mengacak rambut Sanghee lembut. “Sudah jangan menangis lagi” kata Donghae menenangkan.
“Kalau begitu ayo kita pergi” Donghae menarik lembut tangan gadis itu. Sanghee menaikkan kepalanya untuk melihat wajah pria itu “Mau kemana lagi?”
“Memangnya kau masih ingin disini huh? Lebih baik kita jelajahi saja wahana yang lain”
“Yasudah, tapi kalau nanti ada yang menyadari kau bagaimana? Aku sedang tak ingin berlari-lari ya!”
“Aish.. kau ini berisik sekali sih.. yang penting sekarang kau masih selamat kan! Sudahlah ayo” tanpa kata-kata apapun dari Sanghee ia menarik tubuh Sanghee menjauh dari tempat itu dan kembali meyusuri tempat demi tempat yang ada disana.
Pupil mata mereka menangkap setiap hal yang ada disana. Hingga mata Sanghee tertarik pada sebuah mesin penghasil boneka (?). Matanya membulat ketika ia melihat sebuah boneka ikan nemo berwarna orange yang terdapat didalam sana. Tangan kecilnya menarik-narik ujung jaket Donghae. Gadis itu benar-benar terlihat seperti anak kecil yang minta permen -_-
Donghae langsung menoleh kearah Sanghee yang sedang menarik ujung jaketnya.
“Ada apa?”
“Eum….. itu” ucap Sanghee malu malu sambil menunjuk kebenda itu. Donghae menaikkan sebelah alisnya heran, ia mengalihkan pandangannya kearah yang Sanghee maksud. Ia mengernyit saat melihat boneka nemo orange itu.
“Boneka?? Kau ingin boneka ini??” Tanya Donghae seolah ia bisa membaca air muka Sanghee yang begitu mupeng.
“Baiklah… nanti jika aku pergi ke toko boneka akan kubelikan boneka sejenis itu” Kata Donghae santai, tangannya siap menarik lengan Sanghee tapi gadis itu malah menggeleng cepat.
“Aku cuma ingin yang itu” ucapnya yakin
“Apa? Hei… ini kan cuma boneka jelek ! aku bisa membelikanmu yang jauh lebih bagus dan lebih mahal daripada boneka jelek hasil koin ini” kata Donghae sedikit sewot.
“Aku cuma mau yang ini!!!!!! Pokoknya ambilkan untukku!!”
“Haish… untuk apa susah payah mengambil boneka begitu huh? Kau ini—”
“Bilang saja kalau kau tidak bisa kan?? Payah sekali… yang aku tau, para pria itu paling pandai mengambil boneka dari mesin ini. Itu biasanya tanda cinta pria itu kepada kekasihnya..” Sanghee mulai sotoy. Gadis itu sedikit menekan kata kata akhir, Donghae yang merasa tersindir langsung menggaruk rambutnya bingung.
“Ta…Tapi… aku kan bukan.. aku itu kan bukan kekasihmu.. jika kau ingin boneka ini, minta saja kekasihmu untuk mengambilnya…” balas Donghae ditengah saltingnya.
Sanghee memajukan bibirnya kesal. Kenapa lelaki ini begitu tidak peka. Apa susahnya mengambilkan boneka dari mesin yang dimasukan koinnya terlebih dahulu itu. Tidak sesusah mencari jarum dalam jerami kan?
“Aku kan tidak punya kekasih…” kata Sanghee pelan, ia menundukan kepalanya untuk menatap kedua kakinya yang dibalut sepatu itu.
“Hish…”
“Aku juga ingin merasakan bagaimana sih rasanya diberikan sesuatu oleh seorang pria dengan hasil mereka sendiri… dan menurutku mengambil boneka atau hal kecil seperti ini bisa membuktikan dan memberikan keyakinan terhadap sang gadis bahwa si pria mampu melakukan apapun untuknya sekalipun itu mengorbankan hal yang penting baginya” ucap Sanghee panjang lebar. Entah intinya dia berbicara apa. Mulutnya bergerak tak beraturan mengikuti apa yang ada dihatinya. Ia terlalu lepas kendali untuk mengatakan kata-kata itu. Kalau dipikir-pikir untuk apa ia mengatakan hal yang sepertinya tidak penting bagi Donghae itu? Berusaha membujuk pria itu kah agar mengambilkannya boneka nemo orange itu?
Tapi entah terkena sihir apa dan dari mana. Pria itu bergeming, otaknya sedang berpikir. Ia ingin sekali mencoba mengambilkan boneka itu. Tapi…… bagaimana jika pria itu tidak bisa? Harga dirinya akan hancur dihadapan Sanghee -_-
“Baiklah… akan kucoba…” kata Donghae pasrah, ia merogoh saku celananya untuk mencari beberapa koin yang akan ia masukan ke mesin itu *saya gatau nama mesinnya -.-*
“Hah???? Jincha??? Kau akan mengambilkan boneka untukku?????”
Donghae mengangguk. “AAAAAAAAA Terima Kasihh!! Kalau begitu cepat!!! Masukan koinnya … lalu mainkan ini” Sanghee merebut koin berwarna perak itu dari genggaman Donghae dan buru buru memasukkannya kedalam lubang untuk koin disana.
“CEPAT CEPAT CEPAT CEPAT XD” Sanghee berterias kegirangan ia hampir saja ingin loncat keatas karena saking senangnya melihat Donghae yang sedang berkutat dengan mesin itu.
Sudah berkali-kali pria itu gagal dan memasukan koin kesekiannya. Tapi mau bagaimana lagi. Ia harus bisa mengambil boneka itu untuk Sanghee.
“Haiiisshh kenapa boneka jelek begini saja susah sekali sih!!! Aarrhh” erangnya sebal masih dengan memainkan joy stik dari mesin itu.
“Ayo Donghae-ya kau pasti bisaaa… !!! ambilkan yang warna orange !! pokoknya nemo orange! Aku tidak mau yang lain!!!” Sanghee sedikit menjerit memberi semangat. Ia layaknya seorang gadis cheers yang sedang memberi semangat pemain basket *apasih*
“YA!! KAU INI BERISIK SEKALI!!!! Jangan mengganggu konsentrasiku!!!” bentak Donghae pada Sanghee. Detik itu juga Sanghee menutup mulutnya sambil tersenyum kecil. “ayo semangat!” ucapnya akhirnya.
Beberapa menit kemudian Donghae yang sedari tadi terus berkutat dengan mesin itu mengangkat kepalanya. Ia menyeka keringat didahinya yang basah. Ia sudah berusaha.
“Ini” ujar pria itu sambil memberikan boneka nemo orange itu untuk Sanghee.
“Howaaaaaa aku tidak percaya kau memberikan ini padaku!!! Aaaaaaaaaa kau ini benar benar baik hatiii” Sanghee kegirangan, ia meraih boneka itu dari genggaman Donghae. Dan lagi-lagi tubuhnya tidak bisa dikendalikan, ia terlalu lepas kendali. Gadis itu memeluk tubuh Donghae yang sekarang sudah dihadapannya dengan reflex. Donghae terlonjak sejenak, jantungnya tak bisa ia kendalikan saat Sanghee mulai meraih tubuhnya tadi.
Namun detik berikutnya Sanghee melepaskan pelukannya dan tersenyum dengan sangat menggemaskan membuat Donghae tak bisa untuk tidak membalas senyuman Sanghee. Mereka berdua tersenyum manis.
“Lee Donghae, Gomawo” katanya
Donghae mengangguk “Memang sudah seharusnya kau berterima kasih padaku” balas Donghae terkekeh.
“Aku tau itu… dan akhirnya, aku bisa merasakan bagaimana rasanya diberi boneka oleh lelaki” Sanghee tersenyum puas.
“Sudah jangan mengatakan itu lagi.. kau terlihat menyedihkan tauk!”
Sanghee tersenyum samar, seakan ada arti didalam senyumannya itu. “Sudah kan? Ayoo kita pergi”
Donghae kembali meraih tangan mungil gadis itu, menggenggamnya lembut dan erat kali ini. Membuat Sanghee tak ingin melepaskan genggaman tangan Donghae. Rasanya ia begitu aman berada dalam genggamannya. Rasanya ia seperti menjadi wanita beruntung yang bisa berpegangan dengan Donghae. Entahlah, intinya Sanghee benar-benar menjadi gadis yang kuat saat Donghae menggenggam erat tangannya. Nilai Sanghee terhadap pria itu bertambah. Donghae tak seburuk yang ia kira. Ia sudah memutuskan untuk memaafkan apa yang terjadi beberapa hari lalu.
“Lucu sekaliiiiii” kata Sanghee gemas. Ia mencubit-cubit boneka itu karena begitu gemas dengan boneka nemo yang berada ditangannya itu.
Donghae menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Sanghee. “Kau suka?”
“Tentu!” jawabnya riang “Aku berjanji akan menjaga benda ini” lanjutnya. Kata-katanya itu sontak membuat Donghae tersenyum. “Jagalah benda itu.. jangan sampai hilang”
“Tenang saja… aku janji akan selalu menjaga ikan ini” kata Sanghee diselingi senyuman memikatnya.
Tiba-tiba langkah Sanghee terhenti disebuah ia membalikan badannya kearah sebuah cermin besar yang berada disana. “Kenapa berhenti?” Tanya Donghae heran. “Lihat…” seru Sanghee. Ia menurunkan bahu pria itu agar bisa sejajar dengannya -___-“
“Mirip kan??” Sanghee menyejajarkan boneka ikan nemo berwarna orange itu disamping wajah Donghae. Sontak pria itu tidak terlonjak tidak terima.
“Mwo? Apa katamu?? Pria setampan aku kau bilang mirip dengan boneka jelek itu? TIDAK!!” bantahnya sedikit kesal. Namun Sanghee malah tertawa cekikikan melihat respon pria itu “Hihihihi … aku kan hanya bercanda… aku sangat menyukai boneka ini sih” ucapnya santai kemudian memeluk erat boneka berbody mungil itu. Tapi diam-diam Donghae tersenyum penuh arti. Entahlah, rasanya ia senang sekali saat Sanghee bilang ia sangat menyukai boneka yang baru saja diberikannya.
***
Hari sudah semakin sore mentari seakan bosan untuk memberikan keeksisannya. Langit sudah mulai terlihat senja menampilkan sunset yang begitu indah dimata para orang.
Namun sepasang anak manusia itu (?) belum juga menunjukan tanda-tanda ingin pulang. Mereka sudah melewati hari yang melelahkan. Tapi entah kenapa, lelah sama sekali tak terasa malah jika mereka bisa, mereka ingin waktu tak akan pernah usai dan mereka bisa terus menghabiskan waktu bersama.
“Kau lelah?” Tanya seorang pria yang menggenggam erat tangan si gadis. Gadis itu menggeleng. “Belum… kau lelah ya?” “Tidak!”
“Itu Lee Donghae kan?” “Jincha?? Donghae Oppa ada di tempat seperti ini? Itu tidak mungkin!”
Samar-samar Sanghee mendengar sebuah bisikan bisikan yang terdengar begitu beradu ditelinganya. Ia menajamkan telinganya dan mendengar apa yang mereka bicarakan.
Gawat! Batin Sanghee mula panik. Ia mendekatkan bibirnya ketelinga Donghae dan berbisik “Donghae-ya.. ada yang menyadari kau disini” bisiknya sepelan mungkin, Donghae yang mendengar itu langsung terkejut. Bukankah tadi ia tidak ketauan? Kenapa penyamarannya bisa begitu mudah diketahui para fans.
“Aku yakin itu dia! Kau lihat dari fisiknya. Bukankah ia sangat mirip dengan Donghae oppa”
“Kalau begitu siapa gadis disampingnya… kulihat dia berpegangan tangan”
Sontak Sanghee dan Donghae berpandangan sejenak seolah mereka bertelepati apa yang harus mereka lakukan disaat seperti ini. Sanghee menggigit bawah bibirnya. Takut-takut ini adalah terakhir kali ia menginjakan kaki di taman hiburan dengan selamat. Ia sungguh takut dengan para fans wanita yang ganas-ganas itu. Sorot matanya seperti berkata ‘apa-yang-harus-kulakukan’
Bisikan para gadis gadis disekitar mereka semakin kencang terdengar. Malah sudah tidak seperti bisikan lagi. Mereka seakan telah menuduh pria berkacamata hitam itu adalah benar-benar Lee Donghae tanpa ada bukti. Ketakutan semakin menyergap tubuh gadis itu. Donghae semakin menggenggam tangan Sanghee erat. Seakan ia tak ingin melepaskan dan tak akan melepaskan genggaman tangannya.
“Apakah itu kekasihnya?”
“Hei !! kekasih?? Tidak mungkin! Aku tidak akan rela melihat Oppa berpacaran dengan gadis pendek itu.. akan kubunuh jika dia benar-benar kekasih Donghae oppa”
Donghae menarik nafas dan menghembuskannya kencang. Sejenak ia menatap arah sekeliling sambil tersenyum misterius. “Dalam hitungan ketiga, larilah secepat yang kau bisa” bisik Donghae telinga Sanghee. Posisi Donghae terlihat seperti mencium pipi gadis itu dan membuat para gadis-gadis membelalakan matanya.
“Mwo? Maksudmu kita akan lari? YA~! Bagaimana nasibku nanti” Sanghee tidak terima. Mengingat ini adalah ide paling bodoh yang pernah ia ketahui. Hidupnya dipertaruhkan disini -_-
“Jangan pernah lepaskan genggaman tanganku, arra?”
“Ta.. Tapi”
“Satu” Donghae mulai memberikan aba-aba, sementara gadis itu masih belum siap. Sanghee masih menunjukan raut wajah cemas setengah mati. “Tenang saja, kau pasti bisa… aku akan melindungimu” kata Donghae tersenyum. Bagaikan terkena mantra karena senyuman Donghae. Gadis itu mengangguk pelan. Senyuman Donghae berhasil membuat Sanghee sedikit tenang. Hatinya seolah terenyah saat Donghae berkata bahwa ia akan melindunginya.
“Dua” Donghae semakin mengeratkan tangan gadis itu. Ia tak akan mau membuka genggamannya untuk melepaskan Sanghee.
“Tiga!!” satu detik setelah kata itu terucap dari bibir Donghae, pria itu langsung membuka topi yang tadinya tersampir dikepalanya dan memakainya ke kepala Sanghee. Satu yang ada dipikirannya sekarang adalah.. melindungi gadis itu dan mencegah agar identitas atau wajah dari Sanghee tak terlihat. Tau bagaimana gawatnya seorang fangirl jika melihat idolanya bersama gadis lain? Tak perlu dijelaskan. Keselamatan gadis itu menjadi taruhannya sekarang.
Donghae terus melangkahkan kakinya berlari dengan cepat dan menarik tangan Sanghee sekuat tenaga. Untungnya gadis itu bisa menyejajarkan langkahnya dengan langkah pria itu. Walau Donghae yakin gadis itu pasti sangat lelah berlari-lari seakan dirinya adalah maling ditengah taman hiburan begini. Sanghee hanya bisa berlari mengikuti arah Donghae dengan arahan tangan kirinya yang digenggam erat oleh Donghae. Sementara tangan kanannya berusaha menjaga topi Donghae yang sekarang sudah dikepalanya agar tidak jatuh dan menampakkan wajah aslinya.
“Oppa !!! Donghae Oppa!!!” teriakan itu semakin jelas terdengar dari arah belakang mereka dan semakin membuat rumit langkah langkah mereka berdua. Dan karena teriakan gadis gadis dibelakang beberapa pengunjung yang didepan pun ikut memblok langkah-langkah Donghae dan Sanghee. Kamera flash dari pengunjung membuat buram mata mereka. Mereka seakan penasaran, siapa yang sedang berjalan bersama sang idola. Wajar kan?
Sekarang Sanghee merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia begitu sial, padahal baru saja ia merasa senang karena apa yang telah ia lalui hari ini.
Donghae merasa langkah mereka berdua semakin tertutupi oleh sekerumunan orang disekitar mereka. Namun karena ia masih berpikir bahwa ia adalah seorang idola, pria itu tersenyum kecil kearah kamera. Kemudian ia menarik bahu Sanghee dan memperkecil jarak diantara mereka. “Permisi..” ucapnya sambil terus mencoba menerobos keramaian. Tangan kini merangkul bahu Sanghee dan menyuruh Sanghee terus menundukan kepalanya agar identitasnya tidak diketahui.
“Oh God” lirihnya ketakutan. Langkah Donghae semakin lama semakin cepat dan lagi lagi Sanghee hanya bisa mengikutinya saja. Mereka terus berlari hingga melewati beberapa wilayah yang ada di taman hiburan itu. Sanghee mulai kelelahan. Ia seakan tak kuat untuk berdiri. Tapi untunglah, kini telinganya sudah tak menangkap jeritan jeritan gadis gadis tadi. Jeritan itu kini sudah menjadi sayup sayup yang terbawa angin. Dan itu artinya. Mereka sudah berada ditempat parkir.
“Brakkk!!!!”
Sial. Kaki Sanghee tersandung sesuatu hingga membuat tubuhnya tersungkur dan terjatuh dilantai. Tidak tidak, bukan tersandung. Tapi kaki gadis itu sedang tidak beres. Donghae yang masih menggenggam tangannya kini menoleh kearah gadis itu dan bertanya “Kau kenapa?”
“Kakiku” rintihnya. Donghae melepaskan genggamannya sejenak kemudian melihat pergelangan kaki Sanghee yang terlihat membiru. “YA~! Kakimu kenapa?” tanyanya khawatir melihat kondisi gadis itu sedang tidak baik.
“Jatuh saat pelajaran olahraga kemarin” jawabnya singkat. Ia masih merintih dengan menggigit bawah bibirnya. “Babo~” Donghae menoyor pelan kepala gadis itu.
“Kau bisa berjalan?” “Sepertinya bisa”
Gadis itu memaksakan tubuhnya untuk mengangkat tubuhnya. Dan akhirnya. “Brakk!!” ia kembali tersungkur dilantai. Donghae mendengus meledek.
“Apanya yang bisa huh?” Pria itu langsung berjalan kemudian berjongkok dan memunggungi Sanghee. “Mau apa kau?” Tanya Sanghee heran. “Naik” suruh Donghae pelan.
“Hah?? Kau yakin??”
“Cepat naik sebelum aku berubah pikiran. Parkiran mobilku memang tidak jauh dari sini, tapi kau sama sekali tidak bisa berjalan kan?”
“Baiklah kalau kau memaksa”
Sanghee melangkahkan kakinya perlahan-lahan walaupun rasanya sangat sakit kemudian meloncat (?) kepunggung pria itu. Gadis itu merangkulkan kedua tangannya dileher Donghae dan membiarkan pria itu menggendongnya.
Donghae tersenyum kecil. Kemudian berkata “Wah… ternyata kau—”
“Mwo? Berat? Kau yang memaksaku untuk digendong kan sekarang kau mau bilang kalau aku berat begitu????”
“Hei… yang bilang kau ini berat siapa huh? Aku ingin bilang bahwa kau tidak seberat yang kuduga”
“Tidak seberat yang kau duga?? Itu berarti kau berpikir bahwa aku ini berat kan???” suaranya terdengar sangat melengking di telinga Donghae.
“Ya! Kecilkan suaramu atau aku buang tubuhmu ke tong sampah huh?” Donghae tak mau kalah, suaranya tak kalah melengking dibanding Sanghee.
“Tapi kan… kau yang memulai.. jadi maksudmu aku gemuk begitu?”
Donghae menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Bibirnya bergerak tanpa suara yang keluar sambil berjalan di area parkir dengan hati-hati.
“Hei hei kau menggumam apa???!!!” tanya Sanghee sambil menggerakan badannya ingin melihat wajah Donghae.
“Ani..”
“Apa???” Sanghee memukul mukul bahu Donghae dengan kasar.
“YA~! Kau sadar tidak aku sedang menggendongmu, kalau kau tidak mau kita jatuh terguling lebih baik kau tidak bergerak”
“Kalau aku tidak berat kita tidak akan jatuh terguling!”
“Iya, kau memang tidak berat… tapi kalau kau terus bergerak begini, aku akan kehilangan keseimbangan! Itu masalahnya..” sahut Donghae akhirnya, nada bicaranya seperti sedang menjelaskan ke anak berumur lima tahun kenapa manusia tidak bisa terbang seperti burung. Sanghee tersenyum tipis mendengar kata terakhir itu. Entahlah, rasanya ia sedang ingin tersenyum setelah bertengkar tidak jelas seperti ini dengan Donghae.
Setelah tiba di depan mobil sedan milik Donghae, Sanghee segera turun dari punggung Donghae dan mencoba mencari keseimbangan kemudian berdiri. Sementara Donghae membukakan pintu mobil untuk gadis itu.
“Masuklah” suruh Donghae. Gadis itu masih berdiri dan memandangi Donghae dengan tatapan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya pria itu yang tau jawaban atas tatapan Donghae.
“Tenang saja, aku akan menjadi pengemudia yang baik untukmu! Puas?” jawab Donghae seolah tau apa yang sedang ada dipikiran gadis itu.
“Hehehe” Sanghee tertawa pelan kemudian memasukan tubunya kedalam mobil, dengan bantuan Donghae tentunya.
***
Langit hitam sudah mewarnai hari itu. Para penduduk pun sudah menutup rapat-rapat pintunya. Terang saja, ini sudah pukul tujuh malam.
Sebuah mobil sedan menghentikan rodanya didepan sebuah rumah, seorang pria lebih dulu keluar dari tempat kemudi dan membuka pintu untuk gadis disebelahnya. Ia menyambut gadis yang sudah Nampak sangat lelah itu dengan senyumannya.
“Hoaah.. akhirnya aku sampai juga” gadis itu tersenyum kecil membalas senyuman Donghae.
“Terima Kasih ya” lanjutnya. Donghae sedikit mendengar kata itu keluar dari bibir Sanghee.
“Hah?” ia masih belum sepenuhnya sadar akan kata-kata Sanghee.
“Terima kasih dan… maaf karena aku kau jadi—”
“Gwaenchana… seharusnya aku yang minta maaf, aku tidak bisa membuat hari-harimu jadi sempurna seperti yang kau inginkan”
Sanghee menggeleng. “Kau sudah melakukan yang terbaik, aku bahagia sekali hari ini… yang kuinginkan adalah kau membuatku senang hari ini. Dan kau benar-benar melakukan itu untukku”
Hati Donghae serasa melorot kekaki saat Sanghee mengatakan itu. Ia tidak percaya seorang Choi Sanghee mengatakan itu padanya. “Benarkah?”
Kali ini gadis itu mengangguk. “Ne..” Donghae tak bisa menahan dirinya untuk tak mengacak rambut gadis itu. Ia mengacak puncak kepala Sanghee dan tersenyum senang. Ia berhasil. Ia berhasil membuat gadis itu senang atau bahagia hari ini. “Pulanglah.. aku yakin orang tuamu pasti khawatir.” Donghae kemudian meraih tubuh gadis itu dan mengecup singkat kening gadis itu. Sanghee tak memberontak. Ia malah tersenyum saat Donghae mencium keningnya. Jantungnya terdengar sangat kencang ditelinganya saat Donghae mengecup keningnya dan tersenyum amat manis padanya.
“Sampai jumpa” Sanghee melambaikan tangannya kepada Donghae yang sudah melajukan mobilnya menjauh dari dirinya.
Time slows down whenever you're around
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
Categories
Fanfiction
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar