Tittle : My Lovely Idol
Author : Icha Elias or Ummu Aisyah (@MrsEliasChoi on twitter)
Rating : PG 13
Length : Series
Repost from : http://mrschoiminho.wordpress.com/
Cast : Choi Sanghee, Lee Donghae, Lee Hyukjae and all others
Kemarahan terlihat jelas dikedua matanya. Dengan semua emosi yang ada didirinya pria itu berjalan dengan setiap langkah berat akan kemarahannya. Sesungguhnya ia tidak punya hak sama sekali untuk marah. Siapa dia? Apa hubungan dia dengan gadis yang sedang duduk bersama pria lain didepannya? Bisa dibilang hanya hubungan seorang majikan dengan pembantunya. Apakah seorang majikan melarang pembantunya untuk bersama pria lain? Jika ada alasan lain mungkin iya.
Pria itu semakin mendekatkan jaraknya kemeja itu. Tanpa ba bi bu ia langsung menyambar kerah kemeja pria satunya lagi yang sedari tadi sedang duduk bersama gadis itu.
“Hei ! apa – apaan kau?” protes pria itu
“Apa yang kau lakukan?” Tanya pria yang masih mencengkram kerahnya kasar
“Lee Donghae !! apa yang kau lakukan !!” satu – satunya gadis diantara mereka ikut angkat bicara. Ia terkejut bukan main. Donghae mengalihkan pandangannya pada gadis itu.
“Choi Sanghee, apa yang kau lakukan dengannya? Dasar gadis murahan” tukas Donghae tajam, ia menggertakan giginya lalu menghempaskan tangannya dari cengkraman kerah Hyukjae kasar.
Ia berjalan ketempat Sanghee berdiri. “A..apa? sebenarnya kau itu kenapa?” tanyanya. Sejujurnya ia takut dengan Donghae kali ini.
“Hei ! apa – apaan kau?” protes pria itu
“Apa yang kau lakukan?” Tanya pria yang masih mencengkram kerahnya kasar
“Lee Donghae !! apa yang kau lakukan !!” satu – satunya gadis diantara mereka ikut angkat bicara. Ia terkejut bukan main. Donghae mengalihkan pandangannya pada gadis itu.
“Choi Sanghee, apa yang kau lakukan dengannya? Dasar gadis murahan” tukas Donghae tajam, ia menggertakan giginya lalu menghempaskan tangannya dari cengkraman kerah Hyukjae kasar.
Ia berjalan ketempat Sanghee berdiri. “A..apa? sebenarnya kau itu kenapa?” tanyanya. Sejujurnya ia takut dengan Donghae kali ini.
Sorot mata pria itu kini dipenuhi dengan kemarahan yang ada di jiwanya. Bukan menjawab pertanyaan Sanghee, Donghae malah menarik lengan Sanghee kasar. Membuat gadis itu meringis karena tangan Donghae terlalu keras mencengkram lengan tangan kanannya. Ada apa dengan pria itu?
“Ikut aku !!!” ucapnya masih dipenuhi api cemburu yang membara dijiwanya.
“Pelan – pelan .. sakit” ringis Sanghee. Tapi pria itu tak peduli, ia tetap menarik gadis itu kasaar. Namun langkahnya terhenti ketika menyadari ada tangan lain yang menarik tangan Sanghee juga. Ia sudah bisa menebak siapa orang itu. “Lepaskan tanganmu Lee Hyukjae” ujarnya menatap mata Hyukjae penuh emosi. “Bukankah seharusnya kau melepaskan cengkraman tanganmu? Kau tidak lihat gadisku kesakitan karena kelakuanmu Lee Donghae?” balas Hyukjae tak mau kalah, ia semakin membuat amarah Donghae melupa. Apalagi setelah mendengar kata ‘gadis-ku’ dari bibir Hyukjae barusan. Sanghee semakin merasa ketakutan. Kenapa kedua pria yang sebelumnya baik – baik saja menjadi ganas begini. Seharusnya ia sedikit bangga karena ia sedang direbuti dua idola. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berbangga. Dan yang paling penting sekarang adalah mereka mencengkram erat kedua tangan Sanghee hingga membuat tangannya sedikit sakit.
“Lepaskan tangannya jika kau masih ingin hidup Lee Hyukjae-ssi” perintah Donghae ketus.
Sempat terjadi tarik menarik (?) antara mereka berdua. Dengan satu objek. Gadis bernama Choi Sanghee itu. “Kau mau apa pada Sanghee ? kau cemburu ? kenapa kau tidak akui saja itu Donghae ? kau marah kan melihat kedekatanku dengan Sanghee yang terlihat seperti seorang kekasih. Kebetulan kami akan meresmikan hubungan kami tadi.. sayangnya kau datang mengganggu kami! kami akan menjadi sepasang kekasih” ucap Hyukjae panjang lebar. Terlihat sekali ia sedang membuat api panas dihati Donghae. “Lihat .. wajahmu begitu menyedihkan sekarang Lee Donghae!”
“TUTUP MULUTMU” teriak Donghae membahana. Hyukjae tertawa mengejek. “Lepaskan tangan gadisku Lee Donghae” ucap Hyukjae yang menatap Donghae tajam. Mereka berdua masih memberikan tatapan pembunuh disana. Bukannya menuruti kata – kata Hyukjae, Donghae semakin mempererat cengkraman tangannya di lengan Sanghee
“Donghae-ya, sakit!!” gumam Sanghee
“Kau dengar itu ? tangan gadisku sakit.. ayolah lepaskan, aku tidak tega mendengar itu Lee Donghae” “Oppa hentikan” kata Sanghee pelan pada Hyukjae. Karena jika Hyukjae tetap mengkompori Donghae, pria itu tak akan melepaskan tangannya. Dengan sekali hentakan Donghae kembali menarik tangan Sanghee kasar dan membuat Hyukjae tergelak hingga melepaskan cengkramannya di tangan Sanghee. Donghae tersenyum sinis kearah Hyukjae kemudian berjalan dengan masih tetap menarik tangan gadis itu kasar.
“Jangan mengikutiku Lee Hyukjae”
“Kau akan mati jika menyentuh Choi Sanghee!”
“Oh, bukankah kau lebih dulu menyentuhnya?” Donghae kembali berjalan diikuti Sanghee dibelakangnya. Gadis itu hanya pasrah menerima cengkraman kasar pria itu, ia tidak bisa melakukan apapun. Ia juga tidak bisa memberontak! Tenaganya tak cukup kuat untuk melawan Donghae yang seorang pria.
“Kau akan mati jika menyentuh Choi Sanghee!”
“Oh, bukankah kau lebih dulu menyentuhnya?” Donghae kembali berjalan diikuti Sanghee dibelakangnya. Gadis itu hanya pasrah menerima cengkraman kasar pria itu, ia tidak bisa melakukan apapun. Ia juga tidak bisa memberontak! Tenaganya tak cukup kuat untuk melawan Donghae yang seorang pria.
Ketakutan menyerbu tubuh gadis itu ketika Donghae memaksanya ikut kelantai atas yakni lantai yang sepi dan tak ada tanda – tanda kehidupan atau orang – orang disana. Kemudian Donghae menariknya kesebuah ruangan. Seperti pintu darurat. Dan ternyata benar, dibalik pintu darurat itu banyak sekali anak tangga.
kenapa tempat ini begitu sepi? Tuhan, tolong aku. Sanghee bergumam cemas.
“Lepaskan tanganku! Mau apa kita kesini” Sanghee akhirnya membuka suaranya setelah beberapa lama terpendam ditenggorokannya. Matanya sudah mulai memerah, ia ingin menangis karena terlalu ketakutan dengan pria itu.
kenapa tempat ini begitu sepi? Tuhan, tolong aku. Sanghee bergumam cemas.
“Lepaskan tanganku! Mau apa kita kesini” Sanghee akhirnya membuka suaranya setelah beberapa lama terpendam ditenggorokannya. Matanya sudah mulai memerah, ia ingin menangis karena terlalu ketakutan dengan pria itu.
“Donghae-ya.. kumohon lepaskan tanganku” pintanya lemah. Donghae ingin menuruti keinginan gadis itu. Tapi ia takut gadis itu akan kabur.
Bukannya mengabulkan keinginan Sanghee, Donghae malah menghempaskan tangan Sanghee dan mendorong kasar tubuhnya. Hingga membuat Sanghee tersungkur dilantai. “ahh” erangnya.
Bukannya mengabulkan keinginan Sanghee, Donghae malah menghempaskan tangan Sanghee dan mendorong kasar tubuhnya. Hingga membuat Sanghee tersungkur dilantai. “ahh” erangnya.
“Gadis murahan!” ketus Donghae tajam, ia memamerkan senyuman jahatnya dan berjongkok didepan Sanghee. Tepat didepan wajahnya adalah wajah gadis itu.
“Kau itu tidak cantik! Sadari itu nona! Jangan harap kau akan membuat Hyukjae jatuh hati padamu” tambah Donghae, mata Sanghee makin memerah. Air mata berada diujung mata Sanghee, tatapan mereka tertaut beberapa centi saja. Hanya dengan beberapa centi lagi mungkin Donghae sudah merebut ciuman Sanghee.
“Kau itu tidak cantik! Sadari itu nona! Jangan harap kau akan membuat Hyukjae jatuh hati padamu” tambah Donghae, mata Sanghee makin memerah. Air mata berada diujung mata Sanghee, tatapan mereka tertaut beberapa centi saja. Hanya dengan beberapa centi lagi mungkin Donghae sudah merebut ciuman Sanghee.
Masih dengan berjongkok, Donghae merangkakan kakinya maju sementara Sanghee yang masih terduduk dilantai menggerakan tubuhnya mundur menjauhi Donghae. Pria itu begitu mengerikan saat ini. “Kenapa? Kau takut padaku? Ayolah.. aku bisa memberimu lebih daripada sentuhan Hyukjae tadi” Donghae beralih meraih kemeja dari seragam sekolah Sanghee, ia melepaskan satu buah kancing teratas kemeja gadis itu.
“Andwae !!!” pekik Sanghee
“Wae? Bukankah aku membayarmu mahal? Memangnya berapa banyak yang Hyukjae bayar untukmu huh? Tak sebanding denganku kan?” Donghae membelai rambut hitam gadis itu.
Dan akhirnya Sanghee meneteskan air bening dari kedua matanya. “kenapa menangis? Kau tetap gadis murahan dimataku nona”
“Hentikan!!! Aku bukan gadis murahan!!!” teriak Sanghee sambil terisak. Saying teriakannya tak terdengar siapapun. “Cish.. mari kita buktikan nona” Donghae mendorong kasar kembali pundak gadis itu, membuat Sanghee terbaring dilantai. Kedua tangannya berada didua sisi lantai disamping wajahnya, seakan mengunci langkah gerakan gadis itu agar tak memberontak. Air mata yang ditimbulkan dari mata Sanghee semakin deras hingga membuat sungai kecil dpipinya.
“Andwae !!!” pekik Sanghee
“Wae? Bukankah aku membayarmu mahal? Memangnya berapa banyak yang Hyukjae bayar untukmu huh? Tak sebanding denganku kan?” Donghae membelai rambut hitam gadis itu.
Dan akhirnya Sanghee meneteskan air bening dari kedua matanya. “kenapa menangis? Kau tetap gadis murahan dimataku nona”
“Hentikan!!! Aku bukan gadis murahan!!!” teriak Sanghee sambil terisak. Saying teriakannya tak terdengar siapapun. “Cish.. mari kita buktikan nona” Donghae mendorong kasar kembali pundak gadis itu, membuat Sanghee terbaring dilantai. Kedua tangannya berada didua sisi lantai disamping wajahnya, seakan mengunci langkah gerakan gadis itu agar tak memberontak. Air mata yang ditimbulkan dari mata Sanghee semakin deras hingga membuat sungai kecil dpipinya.
Donghae menghapus air mata itu, menyekanya lembut. Tapi bukan dengan jari-jarinya melainkan dengan bibir! Donghae menghapus air mata itu dengan bibirnya, ia menghisap air mata itu dan menyapukannya kepipi Sanghee. Gadis itu membelalakan matanya lebar. Ia merasakan tubuhnya kaku dan menempel pada lantai. Ia tidak bisa melawan. Apa yang akan dilakukan Donghae lagi nanti?
Ia terus mencium bagian dan lekuk wajah Sanghee. Hingga terhenti disatu muara yaitu bibir cherry mungil milik Sanghee. Sanghee merasakan sentuhan yang halus dan lembut dibibirnya. Ciuman pertamanya ia berikan pada Donghae. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh pria itu, tapi mustahil! Pria itu terlalu kuat untuknya. Donghae semakin memperlama ciumannya. Sesuatu lembut dan halus bagi Sanghee itu adalah bibir Donghae? Basah dan juga… manis. Donghae masih memejamkan matanya merasakan rasa bibir mungil Sanghee itu. Ia mencium ganas dan melumat bibir Sanghee dan membuat Sanghee memukul-mukul dada pria itu agar melepaskan ciumannya. Rontaan Sanghee semakin kencang. Ia benar – benar tak bisa menghindarinya tapi gadis itu bisa merasakan kelembutan dan ketulusan disana. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan saat Donghae membungkam dan melumat bibirnya. Ini adalah detik terlama dalam hidup gadis itu. Sudah beberapa detik Donghae belum juga melepaskannya sementara gadis itu masih meronta-ronta ingin terlepas.
Ia terus mencium bagian dan lekuk wajah Sanghee. Hingga terhenti disatu muara yaitu bibir cherry mungil milik Sanghee. Sanghee merasakan sentuhan yang halus dan lembut dibibirnya. Ciuman pertamanya ia berikan pada Donghae. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh pria itu, tapi mustahil! Pria itu terlalu kuat untuknya. Donghae semakin memperlama ciumannya. Sesuatu lembut dan halus bagi Sanghee itu adalah bibir Donghae? Basah dan juga… manis. Donghae masih memejamkan matanya merasakan rasa bibir mungil Sanghee itu. Ia mencium ganas dan melumat bibir Sanghee dan membuat Sanghee memukul-mukul dada pria itu agar melepaskan ciumannya. Rontaan Sanghee semakin kencang. Ia benar – benar tak bisa menghindarinya tapi gadis itu bisa merasakan kelembutan dan ketulusan disana. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan saat Donghae membungkam dan melumat bibirnya. Ini adalah detik terlama dalam hidup gadis itu. Sudah beberapa detik Donghae belum juga melepaskannya sementara gadis itu masih meronta-ronta ingin terlepas.
Air mata Sanghee mengenai wajah Donghae, Donghae membuka matanya ketika ia rasakan setitik air membasahi wajahnya. Donghae melepaskan ciumannya dari bibir gadis itu dan memandangnya dalam. Wajah Sanghee basah, rambutnya acak – acakan, ia masih terbaring dihadapan Donghae dan menatap pria itu ketakutan bercampur marah.
Menyadari kebodohan tingkahnya Donghae menjauhi wajahnya dan menunduk, tak berani menatap mata Sanghee yang masih menatap penuh kesal. Apa yang telah kulakukan? Rutuknya dalam hati. Ia sudah gila.
Menyadari kebodohan tingkahnya Donghae menjauhi wajahnya dan menunduk, tak berani menatap mata Sanghee yang masih menatap penuh kesal. Apa yang telah kulakukan? Rutuknya dalam hati. Ia sudah gila.
PLAKK!! Tangan Sanghee melayang ringan mengenai pipi kiri Donghae. Donghae memegang pipinya yang habis terkena tamparan Sanghee. Tamparan itu belum apa – apa dibanding perilaku pria itu yang baru saja melecehkan Sanghee.
“Kau jahat Lee Donghae” tudingnya tajam. Sanghee merapatkan kembali jas sekolahnya dan berdiri mengangkat tubuhnya lalu angkat kaki dari tempat itu, ia berjalan meninggalkan Donghae yang masih terduduk diam dilantai dengan pandangan kosong. Apa yang harus pria itu lakukan? Meminta maaf? Ia sangat yakin bahwa sebuah kata maaf takkan cukup.
Sanghee mempercepat langkah kakinya untuk keluar dari gedung itu. Ia benar-benar tak ingin berada ditempat itu lagi terlebih jika melihat wajah pria kurang ajar yang tadi menciumnya. Ia menangis pada dirinya. Isakan terdengar jelas disana. Penampilannya pun sungguh kacau, rambut semi ikalnya terlihat acak-acakan, wajahnya basah, seragamnya sedikit kotor. Ia terlihat sungguh mengenaskan. Ia masih terisak, Sanghee benar-benar tak mampu menyembunyikan tangisannya. “Eomma.. Appa.. eottohkae?” gumamnya ditengah isakannya. Sekarang ia sudah berada tepat digedung itu, terduduk lemas sambil memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya. Ia menangis kencang disana.
Terlihat seorang pria menghampiri gadis yang tengah berjongkok itu. Ia menatap gadis itu iba. Ia tau Donghae pasti habis melakukan hal yang buruk padanya. Gadis itu terlalu berharga bagi Hyukjae untuk disakiti pria. “Sanghee-ya”
Sanghee mendongakan kepalanya menatap wajah orang yang baru saja memanggilnya. Menyadari itu Hyukjae, ia buru-buru menghapus air matanya dengan tangannya walau isakan masih terdengar meskipun sudah agak mengecil.
Hyukjae mengulurkan tangannya didepan wajah gadis itu. Sanghee merespon dan meraih tangan Hyukjae hingga gadis itu bisa berdiri tegak.
Hyukjae memperhatikan penampilan gadis itu. Baju seragam, rambut dan wajahnya terlihat sangat berantakan.
“Kau baik-baik saja? Apa yang Donghae lakukan padamu?” Tanya Hyukjae khawatir, Sanghee belum menjawab, ia masih menstabilkan tangisannya yang untungnya sudah bisa ia kendalikan.
“Kau tidak apa-apa kan?” ulang Hyukjae, ia benar-benar khawatir. Sanghee membuka mulutnya dan berkata “Aku tidak apa-apa oppa. Jangan mengkhawatirkanku” Hyukjae menepuk pipi Sanghee lembut. “Kau mau kuantar pulang?” gadis yang ditanya itu menggelengkan kepalanya. “Tidak usah.. aku bisa pulang sendiri”
“Baiklah, tapi kau akan langsung pulang kan?” kali ini Sanghee mengangguk. Kemudian Hyukjae melepas jaket yang sedari tadi dipakai olehnya dan menyampirkannya ditubuh gadis itu. Ia menyelimuti Sanghee dengan jaketnya sendiri. Membalut seragam sekolahnya yang terlihat kotor itu agar Sanghee tidak kedinginan.
Hyukjae mengulurkan tangannya didepan wajah gadis itu. Sanghee merespon dan meraih tangan Hyukjae hingga gadis itu bisa berdiri tegak.
Hyukjae memperhatikan penampilan gadis itu. Baju seragam, rambut dan wajahnya terlihat sangat berantakan.
“Kau baik-baik saja? Apa yang Donghae lakukan padamu?” Tanya Hyukjae khawatir, Sanghee belum menjawab, ia masih menstabilkan tangisannya yang untungnya sudah bisa ia kendalikan.
“Kau tidak apa-apa kan?” ulang Hyukjae, ia benar-benar khawatir. Sanghee membuka mulutnya dan berkata “Aku tidak apa-apa oppa. Jangan mengkhawatirkanku” Hyukjae menepuk pipi Sanghee lembut. “Kau mau kuantar pulang?” gadis yang ditanya itu menggelengkan kepalanya. “Tidak usah.. aku bisa pulang sendiri”
“Baiklah, tapi kau akan langsung pulang kan?” kali ini Sanghee mengangguk. Kemudian Hyukjae melepas jaket yang sedari tadi dipakai olehnya dan menyampirkannya ditubuh gadis itu. Ia menyelimuti Sanghee dengan jaketnya sendiri. Membalut seragam sekolahnya yang terlihat kotor itu agar Sanghee tidak kedinginan.
“Oppa” Sanghee sedikit terkaget, Hyukjae mengangkat alisnya “udaranya sangat dingin, pakailah” gadis itu hendak menolak, namun memebatalkannya ketika Hyukjae menatap matanya. Lalu ia hanya bergumam
“Terima kasih” pria dihadapannya tersenyum. “Pulanglah..” Sanghee mengangguk kemudian membungkukan sedikit badannya pada Hyukjae. “Hati-hati” ucapnya mengacak rambut Sanghee, tanpa berlama-lama lagi gadis itu langsung berjalan meninggalkan Hyukjae. Sementara pria itu hanya mendengus setelah melihat bayangan gadis itu mejauh dari hadapannya.
“Terima kasih” pria dihadapannya tersenyum. “Pulanglah..” Sanghee mengangguk kemudian membungkukan sedikit badannya pada Hyukjae. “Hati-hati” ucapnya mengacak rambut Sanghee, tanpa berlama-lama lagi gadis itu langsung berjalan meninggalkan Hyukjae. Sementara pria itu hanya mendengus setelah melihat bayangan gadis itu mejauh dari hadapannya.
Hyukjae berjalan pelan kembali memasuki gedung agensi itu, setelah ia memastikan Sanghee masuk kedalam sebuah bus hijau tadi, ia khawatir. Tentu saja, penampilan Sanghee tampak sangat berantakan setelah ia bertemu Donghae beberapa menit yang lalu.
Sebenarnya apa yang Donghae lakukan tadi sih? Hyukjae menghembuskan nafasnya kasar.
Mata pria itu sedikit membulat melihat Donghae yang sedang berjalan menuju sebuah ruangan beberapa meter dihadapannya. Tanpa ba bi bu Hyukjae langsung berniat menghampiri pria itu.
Sebenarnya apa yang Donghae lakukan tadi sih? Hyukjae menghembuskan nafasnya kasar.
Mata pria itu sedikit membulat melihat Donghae yang sedang berjalan menuju sebuah ruangan beberapa meter dihadapannya. Tanpa ba bi bu Hyukjae langsung berniat menghampiri pria itu.
Donghae berjalan sambil menundukan kepalanya, tatapannya terarah kosong kebawah lantai yang ia pijak. Ia merasa.. seperti sedang menyesal. Dan ia berpikir apa yang harus ia lakukan?
Karena ia sangat yakin bahwa gadis yang baru saja ia cium itu takkan mau bertemu dengannya lagi, atau bahkan melihat wajahnya.
Ia terlalu gegabah tadi, seharusnya iatak melakukan itu. Memang siapa dia? Gadis itu hanyalah gadis menyebalkan yang baru saja ia temui beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya perasaan Donghae mulai berubah. Ia harus menyadari bahwa perasaanya pada gadis yang baru saja ia kenal itu sudah berubah menjadi sebuah cinta. Mungkin kah? Sangat mungkin, buktingya ia cemburu pada Hyukjae, apa lagi namanya kalau bukan cinta?
Karena ia sangat yakin bahwa gadis yang baru saja ia cium itu takkan mau bertemu dengannya lagi, atau bahkan melihat wajahnya.
Ia terlalu gegabah tadi, seharusnya iatak melakukan itu. Memang siapa dia? Gadis itu hanyalah gadis menyebalkan yang baru saja ia temui beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya perasaan Donghae mulai berubah. Ia harus menyadari bahwa perasaanya pada gadis yang baru saja ia kenal itu sudah berubah menjadi sebuah cinta. Mungkin kah? Sangat mungkin, buktingya ia cemburu pada Hyukjae, apa lagi namanya kalau bukan cinta?
“Hei” Donghae sedikit terlonjak kaget setelah mengetahui seseorang memanggilnya dan menyentuh bahunya, ia membalikan badannya kemudian “Bukkk!!” sebuah pukulan melesat mulus kepipi kirinya. Sudah dua kali ia mendapat sebuah pukulan hari ini. Pertama dari Sanghee dan yang kedua dari Hyukjae. Nasibnya sedang apes -__- *sabar ya appa sayang*
“Ya!! Apa yang kau lakukan??!!” Donghae yang tidak terima dengan perlakuan Hyukjae langsung membalas tatapan sangar pria itu, sambil mengelus pipinya yang sedikit mengeluarkan darah merah pekat dari ujung bibirnya. *wooyyyy… eunhae berantem!! #ngaduketeuki (?)*
Kali ini Hyukjae beralih meraih kerah Donghae dan menatap geram pria itu.
“Apa yang kau lakukan pada Sanghee?” tanyanya yang tidak bisa mengendalikan emosinya.
Donghae hanya membalas tatapan geram Hyukjae kemudian tertawa kecil seperti meremehkan pria itu. “Apa yang kau tertawakan?” desak Hyukjae, ia masih mencengkram keras kerah baju Donghae “Cish.. kau itu sangat lucu Lee Hyukjae, ada urusan apa kau dengan Sanghee.. aku melakukan apapun padanya itu bukan urusanmu kan? Urus saja dirimu sendiri” jawabnya acuh tak acuh. Hyukjae menggertakan giginya kesal. Ia sudah mempersiapkan kepalan tangannya untuk memukul kembali wajah pria itu. “Kau pikir aku tega melihat Sanghee dengan keadaan begitu huh? Apapun yang telah kau lakukan padanya kau sama sekali tidak pantas menjadi seorang pria” Hyukjae kembali melayangkan tangannya sebelum Donghae berkata “Lakukan!! Pukul saja aku, buat aku babak belur jika itu membuatmu puas Hyukjae-ya” katanya menantang, tapi seperti ada nada kepasrahan disana(?)
Hyukjae mengerang sebal kemudian menurunkan kepalan tangannya itu begitu juga dengan cengkraman tangan satunya dikerah Donghae. Ia memilih untuk meninggalkan pria itu daripada sia-sia untuk membuang tenaganya dengan memukul Donghae.
“Apa yang kau lakukan pada Sanghee?” tanyanya yang tidak bisa mengendalikan emosinya.
Donghae hanya membalas tatapan geram Hyukjae kemudian tertawa kecil seperti meremehkan pria itu. “Apa yang kau tertawakan?” desak Hyukjae, ia masih mencengkram keras kerah baju Donghae “Cish.. kau itu sangat lucu Lee Hyukjae, ada urusan apa kau dengan Sanghee.. aku melakukan apapun padanya itu bukan urusanmu kan? Urus saja dirimu sendiri” jawabnya acuh tak acuh. Hyukjae menggertakan giginya kesal. Ia sudah mempersiapkan kepalan tangannya untuk memukul kembali wajah pria itu. “Kau pikir aku tega melihat Sanghee dengan keadaan begitu huh? Apapun yang telah kau lakukan padanya kau sama sekali tidak pantas menjadi seorang pria” Hyukjae kembali melayangkan tangannya sebelum Donghae berkata “Lakukan!! Pukul saja aku, buat aku babak belur jika itu membuatmu puas Hyukjae-ya” katanya menantang, tapi seperti ada nada kepasrahan disana(?)
Hyukjae mengerang sebal kemudian menurunkan kepalan tangannya itu begitu juga dengan cengkraman tangan satunya dikerah Donghae. Ia memilih untuk meninggalkan pria itu daripada sia-sia untuk membuang tenaganya dengan memukul Donghae.
Sementara Donghae memerosotkan tubuhnya disebuah dinding dan mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Bodoh! Kau bodoh Lee Donghae. Banyak sekali sesuatu yang harus ia sesali hari ini. Salah satunya apa yang sudah ia lakukan pada Sanghee tadi. Menyesal seperti ini memang tak ada gunanya, dan intinya ia harus meminta maaf pada gadis itu. Tapi bagaimana?
***
“Braaakkk!!” pintu depan rumah menjeblak terbuka ketika seorang pria tengah bersantai menaikan alisnya ketika melihat adik perempuannya yang baru datang dengan penampilan yang agak berantakan
“Hei.. Choi Sanghee, kau kenapa?” tanyanya ingin tau, gadis itu tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan menuju kamarnya dilantai atas. “Ya! Aku bertanya padamu? Lalu kau darimana? Kenapa bisa pulang sesore ini? hei kau habis berkencan ya?!!” beberapa pertanyaan terlontar dari bibir kakaknya. Tapi adiknya sama sekali tidak menjawab, Siwon mendengus ketika adiknya sama sekali tidak merespon pertanyaannya. Tidak biasanya Sanghee mengabaikanku. Dasar anak-anak. Gumamnya sebal. *iya om om*
“Hei.. Choi Sanghee, kau kenapa?” tanyanya ingin tau, gadis itu tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan menuju kamarnya dilantai atas. “Ya! Aku bertanya padamu? Lalu kau darimana? Kenapa bisa pulang sesore ini? hei kau habis berkencan ya?!!” beberapa pertanyaan terlontar dari bibir kakaknya. Tapi adiknya sama sekali tidak menjawab, Siwon mendengus ketika adiknya sama sekali tidak merespon pertanyaannya. Tidak biasanya Sanghee mengabaikanku. Dasar anak-anak. Gumamnya sebal. *iya om om*
Gadis itu membuka pintu kamarnya dengan gerakan tidak santai, pipinya yang tadinya membasah kini mulai mongering, tapi matanya masih merah akibat air mata yang terlalu banyak ia keluarkan tadi. Dari perjalanan kerumahnya pun Sanghee cukup menjadi perhatian orang-orang sekitar karena tampangnya seperti habis dibully (?)
Sanghee melemparkan dirinya keatas ranjang dan membenamkan wajahnya dibantal miliknya, tas sekolahnya ia lemparkan sembarangan begitu saja. Seakan tak punya semangat hidup lagi, tubuh Sanghee lemas tak berdaya. Ia pun tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ingin sekali ia membunuh Donghae dengan mencekik leher pria itu, tapi tidak mungkin ia benar – benar melakukannya kan?
Sanghee mengerang sambil mengacak – acak rambutnya. Ia bingung, sangat bingung. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia takkan pernah mau melihat wajah Donghae lagi. Iya, tidak akan!
Sanghee mengerang sambil mengacak – acak rambutnya. Ia bingung, sangat bingung. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia takkan pernah mau melihat wajah Donghae lagi. Iya, tidak akan!
Sanghee mengangkat dirinya dan beralih berjalan menuju kamar mandi dikamarnya. Ia menghadapkan dirinya didepan cermin, yaampun begitu mengerikan dirinya disana. Wajahnya yang berantakan terlihat semakin terlihat berantakan *ett author begimana sih? ==”* ketika ia melihat tampangnya dicermin. Kemudian ia membasuh dirinya dengan kucuran air dikeran wastafelya.
“Huufft…” desahnya dan mengusap wajahnya yang basah dengan handuk kecil. Ia kembali mencatutkan dirinya didepan cermin dan memandang wajahnya lekat-lekat disana.
“Huufft…” desahnya dan mengusap wajahnya yang basah dengan handuk kecil. Ia kembali mencatutkan dirinya didepan cermin dan memandang wajahnya lekat-lekat disana.
“Hei.. kenapa kau jadi lemah begini?” tanyanya pada diri sendiri kearah cermin.
“Bukankah seharusnya kau bersyukur, kau telah merasakan bibir Lee Donghae yang notabene adalah seorang artis hah?”
“Tapi tidak …. Dia telah mengataiku macam – macam tadi, tak seharusnya aku senang”
“Lalu kenapa kau menangis?”
“Heh.. aku menangis karena pria bodoh itu telah merebut ciuman pertamaku! Aish… bibirku jadi tidak asli lagi”
“Lalu kalau hanya sebuah ciuman yang direbut kenapa? Bukankah tak akan mempengaruhi apa-apa, kau takkan hamil hanya karena sebuah ciuman Choi Sanghee”
“Tetap saja!! Ciuman pertama itu sangat berharga bagi seorang gadis.. mau dikemanakan harga diriku ini!!”
“Tidak akan kemana-mana… gadis-gadis lain pasti akan bahagia jika Donghae menciumnya seperti yang ia lakukan padamu”
“Tapi aku kan tidak menyukai Donghae! Melihat wajahnya saja aku muak”
“Kau bodoh Sanghee”
“Iya, aku memang bodoh”
“Bukankah seharusnya kau bersyukur, kau telah merasakan bibir Lee Donghae yang notabene adalah seorang artis hah?”
“Tapi tidak …. Dia telah mengataiku macam – macam tadi, tak seharusnya aku senang”
“Lalu kenapa kau menangis?”
“Heh.. aku menangis karena pria bodoh itu telah merebut ciuman pertamaku! Aish… bibirku jadi tidak asli lagi”
“Lalu kalau hanya sebuah ciuman yang direbut kenapa? Bukankah tak akan mempengaruhi apa-apa, kau takkan hamil hanya karena sebuah ciuman Choi Sanghee”
“Tetap saja!! Ciuman pertama itu sangat berharga bagi seorang gadis.. mau dikemanakan harga diriku ini!!”
“Tidak akan kemana-mana… gadis-gadis lain pasti akan bahagia jika Donghae menciumnya seperti yang ia lakukan padamu”
“Tapi aku kan tidak menyukai Donghae! Melihat wajahnya saja aku muak”
“Kau bodoh Sanghee”
“Iya, aku memang bodoh”
Bagaikan orang gila, Sanghee berbicara sendiri didepan cermin wastafelnya. Ia seakan sedang berbicara pada dirinya sendiri dan pikirannya yang begitu berkecambuk didalam otaknya, ia hanya ingin mencari solusi, apa yang harus ia lakukan setelah ini.
Sanghee memutar otaknya. Sebenarnya tak ada yang perlu ia lakukan. Lupakan Lee Donghae dan anggap saja ia tidak pernah bertemu dengan pria itu, anggap beberapa hari ini ia terkena bencana yang amat besar hingga bertemu dengan Donghae. “Iya, itu yang harus kulakukan! Lupakan lupakan!! Jalani hidupmu Sanghee, temukan saja pangeran bisa merebut hatimu dan lupakan hal hal bodoh yang mengganggu pikiranmu” Sanghee mengangguk mengerti kemudian tersenyum kecil. Walau hatinya masih terasa mengganjal.
Sanghee memutar otaknya. Sebenarnya tak ada yang perlu ia lakukan. Lupakan Lee Donghae dan anggap saja ia tidak pernah bertemu dengan pria itu, anggap beberapa hari ini ia terkena bencana yang amat besar hingga bertemu dengan Donghae. “Iya, itu yang harus kulakukan! Lupakan lupakan!! Jalani hidupmu Sanghee, temukan saja pangeran bisa merebut hatimu dan lupakan hal hal bodoh yang mengganggu pikiranmu” Sanghee mengangguk mengerti kemudian tersenyum kecil. Walau hatinya masih terasa mengganjal.
***
Suasana dikantin sekolah itu sangat ramai, banyak para siswa atau siswi yang sedang makan minum disana sambil bergosip ria. Tak berbeda dengan sebuah meja yang berisi tiga orang gadis itu, mereka menghabiskan makanannya sambil mengobrol ringan disana. Salah satu gadis disana memulai pembicaraan dengan membuka sebuah topik.
“Hei kalian” ujarnya pada kedua sahabatnya yang duduk dihadapannya.
“Ne…”
“Err.. aku ingin bercerita sesuatu dengan kalian, tapi aku malu”
“Cerita apa?” sahut temannya yang bernama Ryumi. “Sejak kapan kau punya malu huh?” tambah Hyejin –yang juga temannya- blak blakan.
“Aissh.. kalian ini!!!” Sanghee sudah mengebrak meja untuk melupakan kekesalannya pada gadis gadis sahabatnya itu. “Hahah.. bercandaaaaaaaaa… mau cerita apasih?” Hyejin penasaran
“I..itu.. i…ini rahasia yaa..” Ryumi dan Hyejin mengangguk pelan.
“Umm.. apa kalian pernah merasakan”
“Merasaka apa??” potong Ryumi penasaran karena Sanghee member jeda dikata – katanya tadi.
“First kiss” ucapnya agak ragu, Hyejin dan Ryumi saling bertatapan sejenak. Mereka heran, kenapa tiba-tiba Sanghee bertanya begitu. “Kenapa tiba – tiba kau-”
“Ahh! Biar aku jelaskan, aku hanya ingin tau bagaimana reaksi kalian jika ada seorang pria yang dengan kurang ajarnya merebut first kiss kalian? Apa kalian harus membunuhnya?”
“Tergantung sih” jawab Hyejin spontan
“Hah?” Sanghee mengernyit
“Yang menciummu itu siapa dulu? Kalau pacarmu sih tidak apa-apa.. tidak perlu dibunuh” jawab Hyejin asal. “Berarti kau pernah merasakannya bersama Choi Minho ya?” tebak Sanghee.
“Ya tentu saja! Ehh… astaga kenapa jadi aku yang keceplosan… sial kau Sanghee” Hyejin keceplosan, dengan kebodohannya ia ketauan pernah melakukan itu bersama Minho kekasihnya -__-
“Wahahahahahahahaha … kena kau”
“Ne…”
“Err.. aku ingin bercerita sesuatu dengan kalian, tapi aku malu”
“Cerita apa?” sahut temannya yang bernama Ryumi. “Sejak kapan kau punya malu huh?” tambah Hyejin –yang juga temannya- blak blakan.
“Aissh.. kalian ini!!!” Sanghee sudah mengebrak meja untuk melupakan kekesalannya pada gadis gadis sahabatnya itu. “Hahah.. bercandaaaaaaaaa… mau cerita apasih?” Hyejin penasaran
“I..itu.. i…ini rahasia yaa..” Ryumi dan Hyejin mengangguk pelan.
“Umm.. apa kalian pernah merasakan”
“Merasaka apa??” potong Ryumi penasaran karena Sanghee member jeda dikata – katanya tadi.
“First kiss” ucapnya agak ragu, Hyejin dan Ryumi saling bertatapan sejenak. Mereka heran, kenapa tiba-tiba Sanghee bertanya begitu. “Kenapa tiba – tiba kau-”
“Ahh! Biar aku jelaskan, aku hanya ingin tau bagaimana reaksi kalian jika ada seorang pria yang dengan kurang ajarnya merebut first kiss kalian? Apa kalian harus membunuhnya?”
“Tergantung sih” jawab Hyejin spontan
“Hah?” Sanghee mengernyit
“Yang menciummu itu siapa dulu? Kalau pacarmu sih tidak apa-apa.. tidak perlu dibunuh” jawab Hyejin asal. “Berarti kau pernah merasakannya bersama Choi Minho ya?” tebak Sanghee.
“Ya tentu saja! Ehh… astaga kenapa jadi aku yang keceplosan… sial kau Sanghee” Hyejin keceplosan, dengan kebodohannya ia ketauan pernah melakukan itu bersama Minho kekasihnya -__-
“Wahahahahahahahaha … kena kau”
“Kau bertanya begitu apakah kau juga sudah melakukannya huh?” Ryumi mencoba menebak gelagat Sanghee yang sekarang sudah berubah menjadi salting. “Tidak, bukan.. bukan begitu.. anu..” Sanghee tiba-tiba menjadi gugup. Siapapun yang melihat ekspressi dia saat ini. Sangat bisa menebak ada sesuatu yang ia sembunyikan. Sementara kedua gadis dihadapannya menatapnya curiga sambil menaikan alis mereka “Aha! Aku tau itu Sanghee… katakan padaku siapa yang menciummu”
“Aku tidak mengatakan aku sudah berciuman, lagipula dengan siapa aku melakukan hal gila itu”
“Ahahahah tidak usah mengelak, aku tau dari gelagatmu sayangkuuu… beritahu aku!! Atau aku akan mengadu pada Siwon Oppa! Ayo katakan!!” desak Hyejin paksa, sementara Sanghee hanya menggelengkan kepalanya. “apa jangan – jangan yang menciummu itu si pria kebangsaan Thailand itu huh? Siapa namanya? Nihan? Nikhaan?” Ryumi masih menebak – nebak.
“Nickhun…” sahut Sanghee mengkoreksi. “Nah.. itu dia, kau berciuman dengannya huh?”
“Tidak!! Dia hanya mantan kekasihku! Tidak lebih.. ara? Jangan pernah mengkaitkan apapun dengannya lagi” Suara Sanghee meninggi setelah mendengar kata ‘Nickhun’ dari sahabatnya itu. *bagian ini gajeeeeee… mian yaaa.. aku mumet T.T*
“Kalau begitu siapa?” Hyejin setengah berteriak, suaranya berhasil mengalahkan suara Sanghee yang tinggi tadi. Ia sangat penasaran dengan gadis itu. Hampir saja ia mematahkan sendok yang sedari tadi ia pegang. “umm… Lee” ucapnya ragu ragu sambil menundukan kepalanya.
“Lee?”
“Lee Donghae” jawab Sanghee cepat, Hyejin dan Ryumi membelalakan matanya dan didetik kemudian mereka berdua tertawa terbahak – bahak. Seluruh isi kantin menoleh kearah meja Sanghee, Ryumi dan Hyejin karena mereka begitu berisik, padahal hanya bertiga -__-
“Aku tidak mengatakan aku sudah berciuman, lagipula dengan siapa aku melakukan hal gila itu”
“Ahahahah tidak usah mengelak, aku tau dari gelagatmu sayangkuuu… beritahu aku!! Atau aku akan mengadu pada Siwon Oppa! Ayo katakan!!” desak Hyejin paksa, sementara Sanghee hanya menggelengkan kepalanya. “apa jangan – jangan yang menciummu itu si pria kebangsaan Thailand itu huh? Siapa namanya? Nihan? Nikhaan?” Ryumi masih menebak – nebak.
“Nickhun…” sahut Sanghee mengkoreksi. “Nah.. itu dia, kau berciuman dengannya huh?”
“Tidak!! Dia hanya mantan kekasihku! Tidak lebih.. ara? Jangan pernah mengkaitkan apapun dengannya lagi” Suara Sanghee meninggi setelah mendengar kata ‘Nickhun’ dari sahabatnya itu. *bagian ini gajeeeeee… mian yaaa.. aku mumet T.T*
“Kalau begitu siapa?” Hyejin setengah berteriak, suaranya berhasil mengalahkan suara Sanghee yang tinggi tadi. Ia sangat penasaran dengan gadis itu. Hampir saja ia mematahkan sendok yang sedari tadi ia pegang. “umm… Lee” ucapnya ragu ragu sambil menundukan kepalanya.
“Lee?”
“Lee Donghae” jawab Sanghee cepat, Hyejin dan Ryumi membelalakan matanya dan didetik kemudian mereka berdua tertawa terbahak – bahak. Seluruh isi kantin menoleh kearah meja Sanghee, Ryumi dan Hyejin karena mereka begitu berisik, padahal hanya bertiga -__-
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” tawa mereka berdua membahana, mematahkan keheningan kantin. Untung tidak ada sendok, mangkuk ataupun pisau mendarat dikepala mereka .___.
“Kalian tidak percaya ????” bukannya tidak menjawab pertanyaan Sanghee, Hyejin dan Ryumi makin terbahak geli. “Hei berhenti tertawa … memalukan sekali sih kalian” gerutu Sanghee sebal.
Setelah bisa mengendalikan tawa mereka, Hyejin beralih menatap mata Sanghee masih dengan iringan tawa kecil “heheh.. kau itu lucu yaa.. lelucon apasih yang kau buat? Aku yang begituuuuuuuuu mengidolakan Donghae oppa saja tidak berani mengakui kalau dia telah menciumku.. hehe” jelas Hyejin dengan cekikikannya.
“Hahaha kau lucu juga.. bukankah kau lebih menyukai Hyukjae oppa? Kenapa tidak sekalian kau bilang kalau kau dihamili oleh Hyukjae huh?” gurau Ryumi masih mengendalikan tawanya.
Benar kan, gumam Sanghee dalam hati. Teman – temannya pasti tidak ada yang percaya dongeng dia barusan. Itu terlalu mustahil untuk Hyejin dan Ryumi untuk dipercaya. Huh.. aku menyesal menceritakannya pada gadis gadis ini. Sesalnya dalam hati.
“Dddrrrrttt…” getaran itu terasa disaku seragam Sanghee, ia terlonjak kemudian meraih handphone yang menghasilkan getaran itu dari saku blazernya.
“Hyukjae oppa?” gumamnya melihat nama seorang yang menelponnya. Bagaimana bisa pria itu tau nomer handphonenya? Oh iya, dia baru ingat kalau kemarin Hyukjae sempat meminta nomer handphonenya saat mereka sedang berbincang di cafeteria.
“Yoboseyo? Hyukjae oppa… wae?” sapa Sanghee, ia kemudian membalikan dirinya dari Ryumi dan Hyejin, takut – takut temannya tau bahwa ia sedang bicara dengan Hyukjae.
“Sanghee-ya, kau sedang di sekolah? Maaf aku mengganggu… aku hanya ingin bertanya keadaanmu” Tanya pria diseberang saluran Sanghee
“Aku tidak apa-apa oppa, tidak usah mengkhawatirkanku…” jawab Sanghee meyakinkan.
“Eum.. baguslah, aku takut terjadi sesuatu padamu…” Kata Hyukjae melega. Sanghee tersenyum bangga. Dirinya dikhawatirkan oleh Hyukjae. Sungguh beruntung…
“Hyukjae oppa?” gumamnya melihat nama seorang yang menelponnya. Bagaimana bisa pria itu tau nomer handphonenya? Oh iya, dia baru ingat kalau kemarin Hyukjae sempat meminta nomer handphonenya saat mereka sedang berbincang di cafeteria.
“Yoboseyo? Hyukjae oppa… wae?” sapa Sanghee, ia kemudian membalikan dirinya dari Ryumi dan Hyejin, takut – takut temannya tau bahwa ia sedang bicara dengan Hyukjae.
“Sanghee-ya, kau sedang di sekolah? Maaf aku mengganggu… aku hanya ingin bertanya keadaanmu” Tanya pria diseberang saluran Sanghee
“Aku tidak apa-apa oppa, tidak usah mengkhawatirkanku…” jawab Sanghee meyakinkan.
“Eum.. baguslah, aku takut terjadi sesuatu padamu…” Kata Hyukjae melega. Sanghee tersenyum bangga. Dirinya dikhawatirkan oleh Hyukjae. Sungguh beruntung…
TBC
0 komentar:
Posting Komentar