Author : Ummu Aisyah or Icha Elias (@MrsEliasChoi on twitter)
Cast : Han Hyesung, Choi Yoora, Lee Hyukjae, Lee Sungmin and all others
Reposted from : http://mrschoiminho.wordpress.com/
PS : Ini terinspirasi dari Death Bell 2 yang ada Jiyeon ^^ tapi aku bedain dikit, makanya ancur wkaakakakak
Maaf alurnya kecepetan.. karena inilah saya, yg tidak bisa membuat alur XD
Happy Read ^^ ~
~
Rumah besar itu terlihat sepi, kesunyian terlihat didalamnya setiap menjelang tengah malam. Wajar saja, pemilik rumah atau bisa dibilang nyonya besar disana adalah seorang workaholic. Ia selalu pulang pada malam hari. Tentu saja kesepian selalu menghampiri anaknya, gadis berumur diantara 16 sampai 17 tahun itu.
Kali ini, ia sedang bergelung di ruang keluarga bersama ibunya. Wajah gadis itu menyimpan kegeraman, ingin sekali ia memaki ibunya. Tapi apa daya ? ia hanya bisa menahan emosinya dengan mengepalkan tangannya. Seakan mengumpulkan semua kegeraman yg bertumpu pada genggaman tangannya.
“Apa maksudmu Eomma ?” tanyanya yang masih pura – pura belum mengerti pembicaraan.
“Kau tidak mengerti juga Hyesung ? harus aku jelaskan berapa kali agar kau mengerti!” kata Ibunya tidak tahan. “aku tidak akan pernah bisa mengerti eomma” ujarnya pelan. Ia menundukan kepalanya untuk menyembunyikan matanya yang berubah menjadi memerah. Sang Ibu tergelak.
“Apa ?? ya ! Han Hyesung ! bisakah kali ini kau mengerti dan menurutiku kali ini?”
“Eomma pikir aku akan terima jika..jika kau akan menikah lagi? Eomma, aku tidak ingin punya appa baru. Aku hanya ingin punya satu appa”
“Dengarkan aku Hyesung! Kau tau kehidupan Eomma selama ini, Eomma ingin kau mempunyai ayah baru, tidakkah kau merindukan kasih sayang seorang ayah ? sudah bertahun – tahun Eomma hidup tanpa appamu yang bodoh itu! Apa kau kira aku akan betah tanpa sosok seorang lelaki?” Ibunya menatap anaknya yang masih menundukan kepalanya. Ia mencoba membuat gadis dihadapannya itu mengerti. Hyesung terdiam, tidak tau harus menjawab apa.
“Besok kita akan bertemu dengan pria itu dan anaknya” ujar wanita itu
“Eomma !!” Pekik Hyesung hendak membantah
“Jangan banyak protes dan turuti itu, aku ingin kau ikut bersamaku”
“Aku tidak mau !!” tolaknya kasar.
“Han Hyesung !! jangan membantah”
“Eomma aku tidak mau” kali ini Hyesung menatap wajah ibunya dengan mata yg basah, air mata akan tumpah sedikit lagi jika ia mengerjapkan matanya.
“Maafkan eomma… aku tau ini sulit untukmu, tapi .. aku butuh seseorang disisiku sayang” Ibunya menatap Hyesung lembut, ia menurunkan nada bicaranya.
“Eomma, kau benar – benar sudah tidak mencintai Appa ?” tanyanya
“Begitulah, aku bahkan sudah tidak ingin melihat wajah pria itu lagi”
“Eomma !!!! bagaimanapun dia Appaku !!” Hyesung sedikit membentak.
“…” Ibunya terdiam, beberapa detik mereka merasakan keheningan. Namun kemudian Hyesung membuka mulutnya dan bertanya “Siapa nama pria itu?” Ibunya mengernyit tidak mengerti.
“Siapa ?” Ibunya balik bertanya “Calon suami eomma”
“Ah, dia .. Choi Siwon, pemilik perusahaan dan pusat perbelanjaan Hyundai” mendengar itu Hyesung berdecak, benar. Itu memang tipe ibunya. Hyesung kemudian mengangkat dirinya dari sofa yang sedari tadi ia duduki itu.
“Dandan yg cantik sayang .. kau akan bertemu saudara barumu, dia seumuran denganmu”
Hyesung melempar pandanganya kearah Eommanya itu. Ia semakin kesal. Diam diam ia menggertakan giginya lalu segera melangkahkan wanita yang masih duduk di sofa itu.
Hyesung berjalan meninggalkan wanita setengah tua (?) itu kekamarnya. Ia berjalan sambil menyeka sedikit air matanya yang tadi hampir jatuh.
Setelah tiba dikamar ia mengambil handphonenya kemudian menekan speed dial nomer 3 dihandphonenya. Ia menempelkan benda itu ditelinganya. “Yoboseyo” sapa suara diseberang.
“Oppa..” seru Hyesung menahan tangis. “Hyesung-ah wae gurae ? sesuatu terjadi padamu?” Tanya suara pria di seberang dengan nada khawatir.
“a..aku”
Hyesung kemudian mengeluarkan seluruh isi hatinya pada pria disaluran telephone itu. Dadanya begitu sesak ketika menjabarkan semua kepenatan dihatinya. Pria yang dipanggilnya dengan embel embel ‘oppa’ dengan setia mendengarkannya dan sesekali bertanya. Setidaknya gadis itu bisa mengurangi bebannya dengan bercerita dengan pria yang sudah dianggapnya kakak itu.
***
Pub ditengah kota Seoul itu sangat ramai, dentuman music terdengar sangat bising di pub itu. Pub yang sebagian besar berisi kaula muda berumur sekitar 17 hingga berpuluh puluh tahun itu, memang selalu ramai disetiap malamnya. Terlihat seorang pria sedang berdansa diatas panggung pub itu bersama teman temannya. Ia berdansa dengan gerakan yang spontan untuk menghibur penghuni di pub malam itu. Pria itu memang sudah terkenal dengan gerakan ‘dance pub’ nya itu.
Ia terus menggerakan badannya yang lentur itu kesana kemari, membuat gadis – gadis dibawah panggung berteriak keras. Sesekali ia menjilat ibu jarinya dan memutarnya membuat lambang meremehkan di ibu jarinya. Setelah puas dengan tariannya dipanggung itu. Pria itu langsung turun dari panggung dan duduk disamping temannya.
“Keren” kata temannya itu. “Haha… ya begitulah”
“Hanya dengan menggerakan tubuhmu diatas panggung kau sudah mendapat teriakan dari gadis – gadis. Kau tau betapa irinya aku” gerutu temannya sambil meneguk segelas wine ditangannya.
“Hahaha ayolah .. kau cukup tampan Cho Kyuhyun, hanya saja kau terlalu pemalu untuk berdansa disana..” katanya, pria bernama Kyuhyun mendengus.
“Mungkin kau benar.. tapi kurasa seorang Lee Hyukjae lebih mempesona dibanding aku” Kyuhyun tersenyum dan menuang wine itu kegelas mungilnya. “Mau ?” tawarnya pada Hyukjae, dengan cepat pria yang dipanggil Hyukjae itu menggeleng. Ia memang anti dengan minuman itu. “Kau masih takut meminum ini?”
“Tidak, hanya saja… aku … aku ingin menepati janjiku bersama sahabatku” ucap Hyukjae. Teman disampingnya hanya tertawa mengejek
***
“Appa ~!” Seru seorang gadis remaja riang memanggil Appanya yang baru saja masuk kedalam rumah megah itu.
“Hai honey, kau belum tidur?” Pria yang umurnya sudah berkepala tiga itu memeluk anak semata wayangnya. “Aku menunggu appa pulang, appa sudah makan?”
“Sudah, bagaimana denganmu?” Pria itu balik bertanya, terdengar nada perhatian terhadap anaknya. Ya, siapa lagi jika bukan dia yang memperhatikan anaknya.
“Sudah kok appa, appa kau terlihat lelah” gadis itu menggelayut (?) dilengan ayahnya manja, lalu membantu melepas dasi yang menggantung ditubuh appanya.
Lelah. Tentu saja, pekerjaan seorang bos Hyundai memang sedikit menguras otak. Terlebih Choi Siwon mempunyai dua tugas penting dihidupnya. Menjaga Choi Yoora, anak tunggalnya sekaligus menjadi pemimpin atau presiden direktur dari Hyundai Grup.
“Setelah melihatmu, rasa lelah appa benar – benar hilang”
“Ahaha.. appa kau bisa saja”
“Oh iya, besok persiapkan dirimu untuk bertemu calon ibumu ya .. yang kudengar dia juga mempunyai anak perempuan seumuran denganmu”
“Jincha? Ahh .. kalau begitu aku pasti akan berhubungan baik dengannya.. appa! Aku benar – benar tidak sabar bertemu dengan anak itu.”
“Besok kita akan bertemu dengannya honey.. pastikan kau terlihat baik dihadapan mereka” “Tentu saja appa !! anakmu ini memang selalu baik dimanapun kan” Yoora tersenyum riang pada Appanya yang kini mengacak – acak rambutnya.
“Baiklah, kupegang janjimu honey… tidurlah, aku tidak ingin melihat guratan hitam diwajahmu besok! Langsung tidur okey?” suruh Siwon pada Yoora, anaknya mengangguk kemudian. “Selamat tidur Appa” Gadis itu menunduk singkat kemudian berjalan menuju pintu kamarnya dilantai atas.
***
“Hei, kenapa raut wajahmu begitu ?! kau semakin jelek tauk!” canda seorang pria yang duduk disamping Hyesung. Siang itu Hyesung dan pria yang sudah ia anggap sebagai kakak laki – lakinya itu sedang duduk disebuah taman yang cukup sepi.
“Kau tau kan oppa, aku hari ini akan dipertemukan dengan calon suami Eomma… wajar kan kalau raut wajahku begini !” Kata Hyesung masih menekuk wajahnya
“Iya, aku tau itu” gadis disampingnya semakin menunjukan wajah betenya.
“Turuti saja kemauan ibumu Hyesung-ah, kau seharusya bersyukur karena kau akan mendapat keluarga baru… ya setidaknya kau akan mendapatkan keluarga baru” tukas pria bernama Lee Sungmin itu. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada satu – satunya pria didekatnya.
“Tidak, selamanya appa ku hanya seorang pria bernama Han Kang! aku tidak akan menerima siapapun sebagai appa-ku” Sungmin tersenyum mendengar kata – kata Hyesung. Gadis itu belum dewasa. Pikirnya. “Baiklah, terserah saja.. aku tau benar sifatmu” ucap Sungmin menyerah sementara Hyesung hanya tersenyum tipis sambil menundukan kepalanya.
Tiba – tiba handphone di saku blazer seragam Hyesung bergetar. “Ahh.. aku tau benar siapa yang menelponku ini ck” sambil berdecak sebal gadis itu mengangkat benda yang sudah membuat getaran disakunya itu.
“Eomma? wae ? eomma..ini baru jam –” suara Hyesung terpotong. Sepertinya ibunya sedang mengomel disana. Sungmin terkekeh pelan melihat ekspresi malas Hyesung saat menerima telpon ibunya.
“Apa ?? memakai dress ?? tidak! Aku tidak mau !! eomma, kita hanya bertemu dengan sebuah keluarga kan ? bukan sedang hadir ke pesta pernikahan.. oh eomma, aku tau aku cantik tapi tanpa dress pun kecantikanku tak akan hilang eomma!” Hyesung terlihat semakin malas untuk meladeni omelan ibunya yang mempermasalahkan sebuah dress sepertinya. Hyesung memang seorang wanita. Tidak feminism. Tidak tomboy. Biasa saja, tapi ia jarang memakai dress. Hanya pada waktu tertentu saja. Sungmin terkekeh pelan mendengar perdebatan dress antara Hyesung dan ibunya.
“Oke .. oke .. aku akan memakai dress baru itu ! baik, tunggu aku eomma.. dan berhentilah mengomel”
Klik!
Hyesung menekan tombol reject di handphone-nya otomatis sambungan teleponnya terputus. Ia mendengus kasar sambil menggerutu pelan. “Kudengar .. kau akan memakai dress huh?” Tanya Sungmin, Hyesung mengangguk malas. “Ne, ibuku memaksaku untuk memakai dress yang baru ia beli. Gila bukan ? hanya sebuah pertemuan kecil, aku disuruh memakai dress..” jawabnya masih dengan menggerutu Sungmin kembali tertawa kecil. “Kenapa tertawa ?”
“Tidak, hanya saja .. aku ingin melihatmu menggunakan dress.. selain datang ke pesta kau tidak akan memakai benda itu kan?” Hyesung tersenyum kecil. Sungmin Oppa tau hal itu ternyata. Gumamnya dalam hati. “Ne, apa oppa mau fotoku saat aku menggunakan dress?”
“Haha.. tidak tidak.. aku ingin melihatnya live didepan mataku.. kau pasti cantik Hyesung” kata Sungmin tersenyum, ada kata pujian di akhir kalimat. Tulus sepertinya. Diam – diam Hyesung tersenyum kembali.
Jujur saja, ia senang pria yang sudah dianggap oppa olehnya itu memujinya tadi.
“Haha .. kau ini” katanya sedikit tersipu. “Hehe, eh.. kenapa kau masih disini ? kau tidak takut Eomma-mu akan mengamuk ditelepon lagi?”
“Ck.. aku masih ingin disini denganmu.. tapi baiklah, aku akan menghubungimu nanti.. oppa annyeong” Hyesung mengangkat sebelah tangannya berpamitan dan Sungmin membalas lambaian tangan Hyesung sambil tersenyum. Setelah gadis itu menjauh senyuman Sungmin memudar sedikit demi sedikit. “Aku juga masih ingin bersamamu Hyesung” ucapnya setelah punggung gadis berseragam SMA itu semakin menjauh.
Terdengar kata biasa memang. Tapi, seperti ada arti dari kata Sungmin barusan.
***
Hyesung duduk disamping ibunya yang sedang kosentrasi mengemudi. sepanjang perjalanan matanya hanya tertuju keluar jendela, melihat mobil lalu lalang. ekspresinya sama sekali tidak menunjukan ia sedang bahagia, ia hanya memasang wajah jutek dan dinginnya. Benar. Hyesung akhirnya menuruti keinginan ibunya untuk menemui Choi Siwon dan anaknya disebuah restoran siang ini.
Menyadari raut wajah anaknya, sang ibu angkat bicara.
"Han Hyesung, bisakah kau jangan pasang wajah seperti itu didepan mereka nanti?" pinta ibunya yang bernama Kim Jung Ah, ia masih mengarahkan pandangannya kedepan sambil menyetir mobil.
"Eomma seharusnya sudah harus bersyukur karena aku sama sekali tidak memberontak" kata gadis itu, mendengar kalimat anaknya. Jung Ah mendengus dan kembali berkutat dengan setir mobil dan kosentrasi menyetir. begitulah sifat anaknya.
***
“Oppa !! hari ini aku senaaaaaaaang sekali.. kau tau tidak? aku akan bertemu dengan calon keluarga baruku hari ini, setelah sekian lama hidup bersama appa.. akhirnya aku akan mempunyai keluarga baru.. dan kau tau? calon ibuku itu punya anak yang seumuran denganku, hihi doakan semoga kami akur ya oppa" cerita seorang gadis ceria pada sebuah figura foto yang terpampang dimeja samping meja belajarnya.
Foto lelaki yang sedang tersenyum lepas disana, lebih tepatnya foto dirinya bersama lelaki itu. Sesekali ia mengelus bagian wajah foto lelaki itu
"Doakan pertemuanku dengan keluarga baruku berjalan lancar ya oppa" Gadis itu kini tersenyum kemudian mengecup foto itu singkat.
"Yoora-ya~!" panggil suara berat dari lantai dasar. Gadis yang bernama Yoora itu sudah bisa menabak bahwa itu adalah suara ayahnya. "ne, appa!"
Ia berjalan menuju kelantai dasarsetelah melihat lekuk tubuhnya yang suda terbalut dress soft pink itu dicermin.
"Oaah anakku cantik sekali" puji ayahnya yang langsung menyambut anaknya ketika Yoora sampai dilantai bawah. "haha anakmu ini selalu cantik appa"
"Hahah, tentu saja, appa juga tampan kan?"
"Ne, cukup tampan untuk ukuran pria tua hahaha" canda Yoora "heiishh" Siwon mencubit pipi anaknya.
"Kau sudah siap sayang?"
"Tentu"
"Kkajja" ajak Siwon akhirnya, mereka berjalan memasuki mobil sedan yang kemudian melaju meninggalkan rumah itu.
***
Caffe itu lumayan ramai. Dipenuhi dengan orang – orang yang sedang menghabiskan waktu luang dengan berbincang santai disana. Terlihat suasana yang cukup canggung di sebuah meja paling pojok dekat jendela.
Hyesung dan Jung Ah sudah berada dihadapan seorang gadis yang sepertinya gadis itu adalah anak dari pria yang berpenampilan cukup berwibawa dengan jas dan pakaian kerjanya itu.
Hyesung menatapnya dengan pandangan yang cukup tidak bersahabat. Ia menatap kedua orang dihadapannya ini dengan tatapan yang sedikit nanar.
“Kau Han Hyesung?” Tanya pria dihadapannya itu. “Ne, aku Han Hyesung” jawabnya mencoba ramah, namun tetap saja. Wajahnya tidak menunjukan adanya keramahan. Jung Ah, menyenggol lengan anaknya yang ada disampingnya “bisakah kau tersenyum” bisiknya ditelinga Hyesung, sesuai perintah ibunya Hyesung mengembangkan senyuman memaksanya.
“Anakmu lebih cantik dari yang difoto” puji pria itu sambil tersenyum pada Jung Ah dan Hyesung
“Terima kasih” balas Jung Ah
“Kurasa kau sudah tau kan siapa aku ? aku Choi Siwon, teman ibumu”
“Ne” jawab Hyesung singkat. “Dan.. ini anakku namanya Choi Yoora, kuharap kalian bisa berhubungan baik” jelas Siwon seraya menoleh kearah Yoora, gadis itu merekahkan senyumannya kemudian membungkukan sedikit badannya. “Annyeong hasimikka ~ Choi Yoora imnida” Yoora memperkenalkan dirinya ramah. Sementara Hyesung masih pelit untuk membalas senyuman Yoora. “Manis…” puji Jung Ah. “Terima kasih”
“Jangan panggil aku ahjumma, panggil aku Eomma..” mendengar kata – kata ibunya Hyesung langsung melempar pandang pada wanita itu. “Mwo?” ucapnya tak sadar.
Sebegitu inginnya kah ibunya mempunyai anak seperti Yoora itu. Hyesung mengalihkan pandangan kepada Yoora yang tepat berada dihadapannya. Gadis itu sedang duduk dengan anggunnya disana. Membuat Hyesung menunjukan raut ‘empet’ nya.
“Hallo apa kabar? Aku Yoora” gadis yang sedari tadi diperhatikan olehnya itu menjulurkan tangan kanannya riang. Berharap Hyesung membalasnya. Namun sayang, gadis itu terlalu melas untuk mengangkat tagannya dan membalas jabat tangan Yoora. Bukannya malah menjabat tangan, Hyesung malah menarik gelas ice lemon tea dihadapannya itu dengan kasar kemudian menyeruputnya. Menyadari dirinya diabaikan. Yoora menarik tangannya kembali dan tersenyum kecil, terlihat raut kecewa diwajahnya.
“Hyesung apa yang kau lakukan hah?” bisik Jung Ah ditelinga Hyesung.
“Meminum lemon tea? Kau mau Eomma” katanya santai. Sementara Siwon hanya memandang heran Jung Ah dan Hyesung.
“maaf Yoora, anakku memang agak sensitif”
“Gwaenchana” jawab Yoora masih dengan tersenyum hangat.
“Mungkin Yoora dan Hyesung masih terasa kaku. Kita biarkan saja mereka” Siwon angkat bicara. “Dan Jung Ah, bagaimana rencana pernikahan kita minggu depan?” Tanya Siwon menatap ke mata Jung Ah langsung. Mendengar kata minggu depan, Hyesung membelalakan matanya “Minggu depan?” Hyesung mengernyit. “Ne, kami akan melangsungkan pernikahan minggu depan” jawab Siwon santai. “Apa ?? secepat itu??” Hyesung membulatkan matanya tidak percaya. Jung Ah bergeming. Ia tidak menjawab pertanyaan anaknya.
“Eomma .. apa – apaan ini ?” tanyanya pada ibunya. Ibunya mengangkat wajahnya dan menatap Hyesung dengan pandangan sedikit memelas.
“Eomma kenapa harus se—” “Eomma membutuhkan dia nak, mengertilah” katanya pelan memotong kata – kata Hyesung.
Mata Hyesung memerah, ia marah. Ia geram. Ingin sekali ia kabur dan beranjak dari tempat itu. Tapi itu akan membuatnya terlihat memalukan dihadapan Choi Siwon dan anaknya.
Hyesung menundukan kepalanya, melihat sepatu pantofel yang terhias dikakinya. Itu lebih baik dibanding membiarkan dirinya melihat kearah keluarga Choi. Sebisa mungkin ia menahan emosinya. Dan ia tau, saat ini Yoora sedang memperhatikannya yang sedang menunduk.
Siwon dan Jung Ah masih terus berbicara untuk membahas rencana pernikahan mereka. Hyesung sempat mendengar kata bahwa Jung Ah dan dirinya akan pindah kerumah keluarga Choi setelah pernikahan itu. Baiklah, Hyesung masih bisa menahan semua emosinya.
“Dan bagaimana jika kita memindahkan Yoora ke sekolah Hyesung?” usul Jung Ah, Hyesung mengangkat kepalanya refleks lalu menatap ibunya dengan tatapan geram. Sudah cukup! Aku tidak ingin melihat gadis lenjeh itu disekolahku!! Gumamnya kesal dalam hati. Hyesung tak mampu berkata apapun. Ia mengangkat dirinya dari tempat duduknya kemudian berjalan meninggalkan meja itu. “Hyesung-ah, kau mau kemana??” panggil ibunya. Hyesung hanya menoleh sejenak kemudian berjalan menghiraukan ibunya yang tengah menyerukan namanya.
***
“Hyukjae-ya.. belikan aku soft drink” suruh seorang pria pada temannya yang sedang duduk santai disebuah caffe ditemani beberapa makanan ringan dimejanya.
“Cish .. lagi – lagi kau menyuruhku Cho Kyuhyun !”
“Oh ayolaah … aku kehabisan minumanku” pintanya membalikan gelas soft drink yang telah habis itu. Hyukjae tertawa pelan. “Baiklah .. baik .. akan kubelikan kau soft drink.. oiya, jangan lupa kenalkan aku gadis cantik tadi” Hyukjae menyerah, namun tetap saja ia menambahkan permintaan pada Kyuhyun. Sahabatnya. “Tidak, keculai kau mau mentraktirku”
“sudah kuduga” Hyukjae mengangkat dirinya dan berjalan menuju counter pembelian soft drink yang berada tak jauh dari sana. Setelah berurusan dengan pembelian soft drink, ia kembali berjalan menuju temannya yang terlihat sedang berbicara di telepon. Mungkin sedang bicara dengan wanita.
Ditangan Hyukjae kini sudah ada dua gelas soft drink. Tapi tiba – tiba “Brakkk!!”
Sialnya. Ia menabrak seorang gadis hingga membuat soft drinknya jatuh kelantai. Dan paling menyebalkan wajah dan pakaian pria itu terkena tumpahan minuman soft drink yang sedari ia pegang itu. Ia sudah memandang dengan tatapan membunuh siapa orang yang menabraknya.
Ternyata yang menabraknya adalah seorang gadis. Gadis itu memakai dress pink muda dan membuat tubuh gadis itu terlihat anggun ketika ia berdiri. Gadis itu memandang Hyukjae dengan pandangan datar. Hyukjae yang tadinya ingin membunuh orang yang menabraknya akhirnya menarik kembali pikirannya. Ia memang gadis biasa. Tapi entahlah, Hyukjae sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya kearah lain selain gadis itu. “Maaf” ucap gadis itu singkat.
Mendengar kata – kata yang keluar dari mulut gadis itu, Hyukjae tergelak.
“Oh..” Gadis itu sudah bersiap meninggalkan Hyukjae tapi … “Hei tunggu” teriak Hyukjae, gadis itu menoleh. Matanya menunjukan kalimat ‘mau-apa-kau’ Hyukjae menunjukan pakaiannya yang basah karena tertubruk oleh gadis itu tadi. “Kau harus tanggung jawab”
gadis itu tidak menjawab, tapi ia menghampiri Hyukjae sambil merogoh kantung dari jaket yang membalut dress pink muda-nya. Kemudian ia melemparkan sebuah sapu tangan polos berwarna putih pada Hyukjae, sapu tangan itu terlempar mengenai wajahnya.
“Gunakan itu untuk membersihkannya” kata gadis itu akhirnya. Hyukjae membulatkan matanya. Ia melihat sapu tangan putih ditangannya kemudian menatap gadis yang sudah menjauh dari pandangannya. Gadis menarik. Pikirnya. Ia menggenggam erat sapu tangan itu dan bergumam.
“Semoga kita bertemu lagi nona” ucapnya mengembangkan senyuman.
TBC
One Direction
Author
- Icha Elias
- I wish i could be future programmer. Sometimes, i'm writing, but i haven't finish all my stories. i studied in Gunadarma University.
Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 28 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar