Tittle : My Lovely Idol
Author : Icha Elias or Ummu Aisyah (@MrsEliasChoi on twitter)
Rating : PG 13
Length : Series
Repost from : http://mrschoiminho.wordpress.com/
Cast : Choi Sanghee, Lee Donghae, Lee Hyukjae and all others
Author : Icha Elias or Ummu Aisyah (@MrsEliasChoi on twitter)
Rating : PG 13
Length : Series
Repost from : http://mrschoiminho.wordpress.com/
Cast : Choi Sanghee, Lee Donghae, Lee Hyukjae and all others
Previous Chapter
“Yoboseyo? Hyukjae oppa… wae?” sapa Sanghee, ia kemudian membalikan dirinya dari Ryumi dan Hyejin, takut – takut temannya tau bahwa ia sedang bicara dengan Hyukjae.
“Sanghee-ya, kau sedang di sekolah? Maaf aku mengganggu… aku hanya ingin bertanya keadaanmu” Tanya pria diseberang saluran Sanghee
“Aku tidak apa-apa oppa, tidak usah mengkhawatirkanku…” jawab Sanghee meyakinkan.
“Eum.. baguslah, aku takut terjadi sesuatu padamu…” Kata Hyukjae melega. Sanghee tersenyum bangga. Dirinya dikhawatirkan oleh Hyukjae. Sungguh beruntung…
“Sanghee-ya, kau sedang di sekolah? Maaf aku mengganggu… aku hanya ingin bertanya keadaanmu” Tanya pria diseberang saluran Sanghee
“Aku tidak apa-apa oppa, tidak usah mengkhawatirkanku…” jawab Sanghee meyakinkan.
“Eum.. baguslah, aku takut terjadi sesuatu padamu…” Kata Hyukjae melega. Sanghee tersenyum bangga. Dirinya dikhawatirkan oleh Hyukjae. Sungguh beruntung…
Next Chapter
“Er, Sanghee-ya.. Kau ada waktu hari ini?” Tanya Hyukjae masih disaluran telpon Sanghee. Sanghee mengernyit heran, kemudian berkata “Tidak, sepulang sekolah aku tidak ada acara kok oppa.. kenapa?” giliran Sanghee yang bertanya
“Ah.. kau mau … Er… Pergi denganku siang ini?” Tanya Hyukjae hati – hati, jantung gadis itu serasa ingin meledak. Apakah ini ajakan kencan?
Sanghee rasanya sudah ingin meloncat keatas meja makannya namun setelah ia pikir itu tidak mungkin, ia hanya berkata “Apa? Kau mau mengajakku pergi?”
Sanghee rasanya sudah ingin meloncat keatas meja makannya namun setelah ia pikir itu tidak mungkin, ia hanya berkata “Apa? Kau mau mengajakku pergi?”
“Ne, itu kalau kau mau”
Sanghee membuka mulutnya tidak percaya, ia harus buru-buru mengiyakan, sebelum Hyukjae menarik kembali kata-katanya.
Sanghee membuka mulutnya tidak percaya, ia harus buru-buru mengiyakan, sebelum Hyukjae menarik kembali kata-katanya.
“Ahh.. te.. tentu saja aku mau”
“Baiklah, kita bertemu nanti sore, tapi sepertinya aku tidak bisa menjemputmu… kau bisa dating ke kantor kemarin sendiri kan?” kata Hyukjae sedikit menyesal. Sanghee menelan ludah. Kekantor kemarin? Ketempat yang paling tidak ingin ia injak lagi?
“Apa? Kesana?”
“Ne, kenapa? Kau tidak bisa?”
“Ani, bukan begitu.. hanya..”
“Eung?”
Sanghee memejamkan matanya sesaat untuk berpikir. Ini kesempatan! Jangan kau sia-siakan hanya untuk alasan bodohmu itu Sanghee. Jika Donghae benar ada disana, kau hanya perlu mengabaikannya dan pura-pura tidak melihat.
“Ne oppa, aku akan kesana.. ahh! Aku juga akan mengembalikan jaketmu”
“Oke, sampai bertemua nanti Sanghee-ya, annyeong”
“Ne, annyeong” katanya akhirnya, pembicaraan mereka terputus ketika keduanya memencet tombol reject.
Hati Sanghee benar-benar berbunga kali ini, Hyukjae akan mengajaknya pergi sore ini! Tidak semua gadis bisa dengan mudahnya pergi dengan pria impiannya, tapi Sanghee? Ia akan merasakannya nanti sore. Berjalan-jalan berdua dengan Hyukjae, bergandengan tangan, makan ice cream berdua dan hal hal manis lainnya yang akan ia lalui nanti.
Sanghee tidak bisa menyembunyikan kesenangannya, hingga ia tersenyum-senyum seperti orang tidak waras.
Sanghee tidak bisa menyembunyikan kesenangannya, hingga ia tersenyum-senyum seperti orang tidak waras.
“Hei! Kau kerasukan setan huh? Kenapa senyum-senyum begitu?” Tanya Ryumi yang melihat gelagat aneh Sanghee
“Hehehehe, kalian berdua! Kau tau… aku benar-benar merasa seperti seorang gadis kali ini”
“Memangnya kemarin kau itu pria?” sahut Hyejin spontan.
“Bukaaaaaan… kau tau? Ada pria yang mengajakku kencan, aaaahhh aku gembira”
“Hehehehe, kalian berdua! Kau tau… aku benar-benar merasa seperti seorang gadis kali ini”
“Memangnya kemarin kau itu pria?” sahut Hyejin spontan.
“Bukaaaaaan… kau tau? Ada pria yang mengajakku kencan, aaaahhh aku gembira”
“Hei.. hei.. kau ini baru pertama kali diajak kencan oleh pria ya? Kenapa berlebihan begitu” kata Ryumi, Sanghee menggoyangkan jarinya sok.
“Pria ini bukan sembarang pria!” kata Sanghee dengan segala kesotoyannya.
“Mwo? Dia waria?”
“Ya! Bukan! Kalian ini tidak mengerti juga ya!”
“Apasih???” Hyejin frustasi menghadapi Sanghee yang aneeeeeeh sekali hari ini.
“Pria ini bukan sembarang pria!” kata Sanghee dengan segala kesotoyannya.
“Mwo? Dia waria?”
“Ya! Bukan! Kalian ini tidak mengerti juga ya!”
“Apasih???” Hyejin frustasi menghadapi Sanghee yang aneeeeeeh sekali hari ini.
“Aku diajak kencan oleh Lee Hyukjae” jawabnya semangat. Hyejin dan Ryumi kembali berpandangan namun kemudian mereka tertawa lagi -______-
“HAHAHAHAHAHAHAHA” tawa mereka meledak diiringi dengan gebukan meja oleh Hyejin (?)
“Kalau tidak percaya lagi?”
“Hahahaha… kau ini kenapa sih? Tadi kau bilang kau dicium Lee Donghae, sekarang kau mau bilang kau akan berkencan dengan Hyukjae Oppa. Kurasa kau sudah gila karena tidak bisa bertemu mereka!” komentar Hyejin puanjaang lebar masih dengan cekikikan kecil.
“Aku serius”
“Aku juga serius Nona Choi”
“HAHAHAHAHAHAHAHA” tawa mereka meledak diiringi dengan gebukan meja oleh Hyejin (?)
“Kalau tidak percaya lagi?”
“Hahahaha… kau ini kenapa sih? Tadi kau bilang kau dicium Lee Donghae, sekarang kau mau bilang kau akan berkencan dengan Hyukjae Oppa. Kurasa kau sudah gila karena tidak bisa bertemu mereka!” komentar Hyejin puanjaang lebar masih dengan cekikikan kecil.
“Aku serius”
“Aku juga serius Nona Choi”
Aaaaahh! Gadis-gadis ini. Gerutu Sanghee kesal. Namun detik berikutnya ia tersenyum evil, ia ingat bahwa ia sudah punya bukti bahwa ia dekat dengan seorang Hyukjae. Ia kembali mengambil handphone didalam saku blazernya dan sedikit berkutat dengan benda itu.
“Lihat ini” kata Sanghee seraya menyodorkan handphonenya didepan wajah teman-temannya itu, ia memamerkan sebuah selca sempurna dirinya dengan Hyukjae yang terpampang dilayar handphonenya.
“HAH??????” pekik Hyejin dan Ryumi bersamaan, mereka yang tadinya duduk dibangku kantin sekarang terlonjak bangun dan menghampiri Sanghee yang sedang tersenyum puas.
“Hei.. ini editan ya?” Tanya Ryumi memastikan, mereka berdua masih memandang objek didalam handphone Sanghee itu kagum, seakan foto itu adalah sebuah barang antik yang tak bosan untuk dipandang.
“Tidak Ryumi-ya, ini bukan editan! Sanghee benar-benar berfoto dengan Hyukjae Oppa!” sahut Hyejin. “Ya! Choi Sanghee! Kenapa kau tidak bilang daritadi kalau kau punya selca dengan Hyukjae oppa hah?!” omel Hyejin.
“Hahahaa… intinya! Aku tidak berbohong.. aku cantik kan disitu?” narsisnya
“Ish… kapan kau berteman dengannya?? Aish.. aku juga mau berfoto dengan Donghae oppa” kata Hyejin sedikit iri.
“Aku juga mau!” kata Ryumi ikut-ikutan.
“Ckckckck… kalian ini menyedihkan sekali sih”
“Pokoknya kau harus mengajakku bertemu dengan Donghae oppa”
“Tidak mau… kalian harus usaha sendiri”
“Ihh… pelit” cibir Hyejin
“biar :p” Sanghee mehrong pada Hyejin, yang masih kesal.
“Hei.. ini editan ya?” Tanya Ryumi memastikan, mereka berdua masih memandang objek didalam handphone Sanghee itu kagum, seakan foto itu adalah sebuah barang antik yang tak bosan untuk dipandang.
“Tidak Ryumi-ya, ini bukan editan! Sanghee benar-benar berfoto dengan Hyukjae Oppa!” sahut Hyejin. “Ya! Choi Sanghee! Kenapa kau tidak bilang daritadi kalau kau punya selca dengan Hyukjae oppa hah?!” omel Hyejin.
“Hahahaa… intinya! Aku tidak berbohong.. aku cantik kan disitu?” narsisnya
“Ish… kapan kau berteman dengannya?? Aish.. aku juga mau berfoto dengan Donghae oppa” kata Hyejin sedikit iri.
“Aku juga mau!” kata Ryumi ikut-ikutan.
“Ckckckck… kalian ini menyedihkan sekali sih”
“Pokoknya kau harus mengajakku bertemu dengan Donghae oppa”
“Tidak mau… kalian harus usaha sendiri”
“Ihh… pelit” cibir Hyejin
“biar :p” Sanghee mehrong pada Hyejin, yang masih kesal.
***
Gadis itu menggosok-gosokan telapak tangannya berusaha membuat dirinya hangat, setidaknya sedikit saja. Ia tak henti-hentinya tersenyum dari tadi. Inikah balasan dari kesedihannya kemarin? Ia akan berkencan dengan Hyukjae sore ini.
Wajahnya terlihat lebih fres karena sapuan make-up halusnya. Ia sempat pulang kerumah sebentar tadi. Membersihkan diri, berdandan dan memilah milih baju. Ia tidak ingin terlihat jelek didepan pria impiannya itu. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, jaket coklatnya membuat gadis itu terlihat seolah bersinar(?).
Wajahnya terlihat lebih fres karena sapuan make-up halusnya. Ia sempat pulang kerumah sebentar tadi. Membersihkan diri, berdandan dan memilah milih baju. Ia tidak ingin terlihat jelek didepan pria impiannya itu. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, jaket coklatnya membuat gadis itu terlihat seolah bersinar(?).
Gadis itu melingkarkan syal berwarna senada dengan bajunya itu dilehernya. Begitu sebuah bus dengan arah tujuannya datang. Ia segera naik dan duduk dibangku kedua setelah supir dan duduk anteng disana. Menunggu bus besar itu membawanya ketempat tujuannya.
Setelah sampai, ia buru-buru turun dari bus itu dan merekahkan senyumannya disana. Gadis itu benar-benar tak sabar dengan apa yang ia lakukan nanti. Kemudian ia melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung besar itu. Berharap menemukan Hyukjae disana.
Akhirnya setelah menaiki lift dan berjalan sebentar, ia akhirnya menemukan pria itu tengah duduk sambil berkutat dengan handphonenya. Sanghee kembali tersenyum, ia buru-buru menghampiri pria itu. “Oppa ~” sapa Sanghee sambil menepuk bahu pria itu. Pria itu terlonjak kaget dan menoleh kearah gadis yang baru saja tiba dibelakangnya.
“Oh.. Sanghee-ya, kau sudah datang?” tanyanya, Sanghee mengangguk riang. “Ne, ah.. ini jaketmu.. sudah kucuci kok” kata Sanghee sambil menyodorkan sebuah bungkusan kepada Hyukjae. “Hahaha, seharusnya kau tidak usah repot-repot mencucinya” “Tapi terima kasih ya” sambungnya. “Hehehe sama sama oppa, oiya.. memangnya kita mau kemana?” Tanya Sanghee
“Maumu kemana? Aku akan mengikuti semua kemauanmu” kali ini Hyukjae kembali bertanya. Sanghee mengelus dagunya sok intelek. “eung ~ bagaimana kalau kita ke taman hiburan?” usul Sanghee. Hyukjae sedikit memiringkan kepalanya kemudian tersenyum. “Keurae ~ kita ke taman hiburan” “Kyaa.. benarkah?? Kita akan ke taman hiburan oppa?” Sanghee masih tidak percaya, nada bicaranya seperti anak anak yang baru pertama kali diajak ke taman hiburan oleh orang tuanya. Hyukjae mengangguk. “Aaaaa… terima kasih oppa”
Entah sesuatu apa yang menyihir Sanghee, gadis ini langsung berhambur ke pelukan Hyukjae secara refleks. Hyukjae langsung membelalakan matanya menyadari Sanghee yang sekarang telah meraih tubuhnya. Detik berikutnya gadis itu terkejut. “Ah maaf…” katanya malu setelah melepaskan pelukannya itu, Hyukjae hanya menunjukan gummy smile andalannya itu kepada Sanghee. “Gwaenchana..” kata Hyukjae akhirnya.
“Oh.. Sanghee-ya, kau sudah datang?” tanyanya, Sanghee mengangguk riang. “Ne, ah.. ini jaketmu.. sudah kucuci kok” kata Sanghee sambil menyodorkan sebuah bungkusan kepada Hyukjae. “Hahaha, seharusnya kau tidak usah repot-repot mencucinya” “Tapi terima kasih ya” sambungnya. “Hehehe sama sama oppa, oiya.. memangnya kita mau kemana?” Tanya Sanghee
“Maumu kemana? Aku akan mengikuti semua kemauanmu” kali ini Hyukjae kembali bertanya. Sanghee mengelus dagunya sok intelek. “eung ~ bagaimana kalau kita ke taman hiburan?” usul Sanghee. Hyukjae sedikit memiringkan kepalanya kemudian tersenyum. “Keurae ~ kita ke taman hiburan” “Kyaa.. benarkah?? Kita akan ke taman hiburan oppa?” Sanghee masih tidak percaya, nada bicaranya seperti anak anak yang baru pertama kali diajak ke taman hiburan oleh orang tuanya. Hyukjae mengangguk. “Aaaaa… terima kasih oppa”
Entah sesuatu apa yang menyihir Sanghee, gadis ini langsung berhambur ke pelukan Hyukjae secara refleks. Hyukjae langsung membelalakan matanya menyadari Sanghee yang sekarang telah meraih tubuhnya. Detik berikutnya gadis itu terkejut. “Ah maaf…” katanya malu setelah melepaskan pelukannya itu, Hyukjae hanya menunjukan gummy smile andalannya itu kepada Sanghee. “Gwaenchana..” kata Hyukjae akhirnya.
***
Lee Donghae menunjukan ekspresi lelahnya setelah pria itu tiba di sebuah gedung. Ia menjatuhkan tubuhnya tepat disebuah tempat duduk kemudian mendesah kasar. Ia lelah. Tentu saja, semalam ia harus syuting CF terbaru dan sekarang ia sudah berada di gedung agensi yang menuntutnya untuk kembali pemotretan sebuah produk sponsor.
Pria itu menutup matanya sejenak untuk mencari sebuah ketenangan. Entah kenapa, sejak kemarin ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dirinya untuk melakukan sesuatu. Ia begitu tidak tenang. Mungkinkah ia sedang merindukan seseorang? Atau mungkin sedang merindukan seorang gadis yang beberapa hari kemarin selalu ada disisinya dan selalu menganggunya dengan suara berisik ciri khas gadis itu. Donghae kembali membuka matanya dan mendongakan kepalanya ke langit-langit gedung itu. “fuuh~” desahnya keras.
Pria itu menutup matanya sejenak untuk mencari sebuah ketenangan. Entah kenapa, sejak kemarin ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dirinya untuk melakukan sesuatu. Ia begitu tidak tenang. Mungkinkah ia sedang merindukan seseorang? Atau mungkin sedang merindukan seorang gadis yang beberapa hari kemarin selalu ada disisinya dan selalu menganggunya dengan suara berisik ciri khas gadis itu. Donghae kembali membuka matanya dan mendongakan kepalanya ke langit-langit gedung itu. “fuuh~” desahnya keras.
Tiba-tiba telinganya menangkap sebuah suara. Suara seorang gadis yang tidak asing baginya. Mungkinkah itu suara Sanghee? Gadis yang dari semalam mengganggu pikiran Donghae.
Pria itu kemudian menolehkan kepalanya ke suara itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.
Pria itu kemudian menolehkan kepalanya ke suara itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.
Dan benar saja, ternyata pria itu tidak salah. Ia melihat seorang gadis berjaket coklat sedang memeluk seorang pria disana. Mata Donghae membelalak bersamaan dengan jantungnya yang benar-benar sudah tidak bisa diatur kecepatannya.
“Cho..Choi Sanghee” gumamnya tidak percaya, ia terus memandang pemandangan yang begitu menyakitkan baginya. Dadanya begitu sesak sejak matanya menemukan Sanghee dan Hyukjae berpelukan. Tapi ia sama sekali tidak bisa memalingkan wajahnya kearah lain, tubuhnya seakan tak ingin mendengarkan perintah dari otaknya yang menyuruhnya untuk pergi dari tempat itu. Ia masih ingin melihat tubuh gadis itu. Tubuh yang mungkin telah ia rindukan. Gadis yang telah ia rasakan bibirnya kemarin. Lupakan! Itu tidak boleh diingat. Gerutu Donghae sambil bersusah payah mengalihkan perhatiannya.
“Cho..Choi Sanghee” gumamnya tidak percaya, ia terus memandang pemandangan yang begitu menyakitkan baginya. Dadanya begitu sesak sejak matanya menemukan Sanghee dan Hyukjae berpelukan. Tapi ia sama sekali tidak bisa memalingkan wajahnya kearah lain, tubuhnya seakan tak ingin mendengarkan perintah dari otaknya yang menyuruhnya untuk pergi dari tempat itu. Ia masih ingin melihat tubuh gadis itu. Tubuh yang mungkin telah ia rindukan. Gadis yang telah ia rasakan bibirnya kemarin. Lupakan! Itu tidak boleh diingat. Gerutu Donghae sambil bersusah payah mengalihkan perhatiannya.
Pria itu kemudian kembali merilekskan tubuh letihnya dibangkunya itu. Walaupun tentu saja, isi pikirannya masih dipenuhi oleh bayang bayang Sanghee dan Hyukjae tadi.
Donghae mengacak kasar rambutnya frustasi, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Yah, setidaknya ia harus meminta maaf pada Sanghee. Tapi, bagaimana?
Donghae mengacak kasar rambutnya frustasi, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Yah, setidaknya ia harus meminta maaf pada Sanghee. Tapi, bagaimana?
Pria itu kembali menolehkan kepalanya kearah Sanghee dan Hyukjae tadi, tapi syukurlah.. sepertinya Sanghee sudah melepas pelukannya bersama Hyukjae.
Donghae menelan ludah, kali ini ia melihat Sanghee sendiri tanpa Hyukjae, entah kemana pergi pria itu. Tapi ia berpikir inilah saatnya untuk meminta maaf pada gadis itu. Dengan langkah ragu, ia berjalan kearah Sanghee yang masih senyum-senyum tidak jelas disana. Jujur saja, Donghae menyukai senyuman itu. Tapi ia tidak suka jika senyum Sanghee kali ini karena perbuatan Hyukjae.
Donghae menelan ludah, kali ini ia melihat Sanghee sendiri tanpa Hyukjae, entah kemana pergi pria itu. Tapi ia berpikir inilah saatnya untuk meminta maaf pada gadis itu. Dengan langkah ragu, ia berjalan kearah Sanghee yang masih senyum-senyum tidak jelas disana. Jujur saja, Donghae menyukai senyuman itu. Tapi ia tidak suka jika senyum Sanghee kali ini karena perbuatan Hyukjae.
***
“Kau tunggu disini dulu ya.. aku ingin berbicara dengan manajerku sebentar” pinta Hyukjae, gadis dihadapannya mengangguk cepat. “Tentu” jawabnya singkat. Hyukjae tersenyum kemudian melangkah meninggalkan Sanghee sendiri.
Sanghee kembali tersenyum tidak jelas. Ia masih belum ingin menyembunyikan lekukan bibirnya itu. Terlalu senang. Apalagi jika membayangkan apa yang akan ia lakukan bersama Hyukjae nanti. Membayangkan saja rasanya sudah sangat bahagia. Semoga hari ini akan berjalan lancar dan tidak ada yang mengganggu hari yang menurut Sanghee manis ini.
Namun … tiba-tiba gadis itu merasakan sebuah cengkraman, cengkraman lembut dilengannya.
dilihatnya pria yang mencengkram lembut tangannya. “Lee Donghae” ucapnya sedikit tercekat.
Ish, ia masih belum ingin melihat sosok pria ini. Tapi kenapa sekarang ia bertemu dengan Donghae disaat tidak tepat. Ketakutan menyergap tubuh gadis itu ketika tangan Donghae menarik tangannya menjauh. Seolah menyuruh Sanghee untuk mengikutinya. Mata mereka bertatapan sejenak tadi. Donghae menatap langsung mata gadis itu, dengan tatapan yang tulus. Beda dengan kemarin. Tapi Sanghee masih menatap Donghae penuh kemarahan. Tatapan mereka seperti berbeda sangat kontras. “Ikut aku” ujar Donghae pelan,
“Ya!! Mau apa kau huh?” pekik Sanghee sambil menarik tangannya, namun cengkraman Donghae masih belum bisa diatasi olehnya. Beruntungnya, pria itu tidak membawanya kearah tengah pintu darurat seperti kemarin. Ia hanya menarik Sanghee beberapa langkah dari tempat tadi.
“Maaf” kata itu terucap dari bibir Donghae setelah ia melepaskan cengkraman tangannya pada Sanghee. Sanghee memberikan tatapan pembunuh pada pria yang sekarang berada dihadapannya. “Kau pikir aku bisa menerima kata maaf-mu setelah apa yang kau lakukan padaku kemarin huh? Kau pikir aku ini gadis murahan seperti apa yang kau katakan kemarin?” amarah Sanghee meledak-ledak. Ia menahan segala emosinya dengan mengepalkan tangan kanannya.
air matanya pun sudah ingin jatuh mengenai pipinya. Tapi sekuat mungkin Sanghee menahannya.
Hening sejenak, Sanghee masih menatap Donghae marah, tapi pria itu hanya menundukan kepalanya kelantai. “Baik, lupakanlah apa yang telah terjadi kemarin… aku akan melupakan semua memori-ku tentang dirimu. Anggap kita tidak pernah bertemu. Jangan pernah berbicara denganku lagi karena aku tidak akan pernah menggubrismu” kata Sanghee akhirnya. Ia sudah bersiap akan melangkahkan kembali kakinya meninggalkan Donghae, tapi Donghae sudah lebih dulu menahan tangan kiri Sanghee membuatnya menghentikan langkah kakinya.
“Tak bisakah kau dengarkan aku dulu?” cegah Donghae
“Mwo ? apa yang harus aku dengar darimu? Apakah sebuah cacian seperti kemarin?”
Donghae terdiam sejenak. Ia masih ragu ingin mengatakan ini atau tidak.
“Apa yang aku lakukan kemarin itu… hanya…hanya sebuah keemosianku, aku tidak suka melihatmu dekat dengan Hyukjae, aku tidak suka melihatmu tersenyum bersamanya, aku tidak suka melihatmu yang begitu membanggakan dirinya, aku tidak suka melihatmu disentuh olehnya. Dan aku tidak suka apapun yang kau lakukan dengan dirinya” ungkap Donghae panjang lebar. Sanghee membelalakan sedikit matanya. Ia heran dan bingung. Ia harus merespon apa?
walaupun sejujurnya ia tidak terlalu mengerti apa yang telah Donghae katakan. Kenapa ia membawa nama Hyukjae dalam masalah ini?
“Aku tau, bagimu mungkin Hyukjae adalah yang terbaik, dan … mungkin hanya dia yang bisa membuatmu tersenyum bahagia.. tapi…” Donghae menghentikan kata-katanya.
Sanghee menoleh kearah Donghae sejenak. Ia menunggu Donghae melanjutkan kata-katanya.
“Tapi mungkin saja, dia bukan yang terbaik untukmu Sanghee-ya” ucapnya lembut. “Kuharap kau mengerti apa yang telah aku katakan” lanjut Donghae akhirnya, ia berjalan melewati gadis itu dan meninggalkannya setelah menatap wajah gadis itu sejenak. Sanghee terasa membatu. Rasanya ia ingin menangis kali ini. Entahlah.. ia merasa ia telah melakukan apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Ia merasa sepertinya ia telah menyakiti hati seorang pria yang tidak lain adalah Donghae. Tapi ia juga tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Donghae.
dilihatnya pria yang mencengkram lembut tangannya. “Lee Donghae” ucapnya sedikit tercekat.
Ish, ia masih belum ingin melihat sosok pria ini. Tapi kenapa sekarang ia bertemu dengan Donghae disaat tidak tepat. Ketakutan menyergap tubuh gadis itu ketika tangan Donghae menarik tangannya menjauh. Seolah menyuruh Sanghee untuk mengikutinya. Mata mereka bertatapan sejenak tadi. Donghae menatap langsung mata gadis itu, dengan tatapan yang tulus. Beda dengan kemarin. Tapi Sanghee masih menatap Donghae penuh kemarahan. Tatapan mereka seperti berbeda sangat kontras. “Ikut aku” ujar Donghae pelan,
“Ya!! Mau apa kau huh?” pekik Sanghee sambil menarik tangannya, namun cengkraman Donghae masih belum bisa diatasi olehnya. Beruntungnya, pria itu tidak membawanya kearah tengah pintu darurat seperti kemarin. Ia hanya menarik Sanghee beberapa langkah dari tempat tadi.
“Maaf” kata itu terucap dari bibir Donghae setelah ia melepaskan cengkraman tangannya pada Sanghee. Sanghee memberikan tatapan pembunuh pada pria yang sekarang berada dihadapannya. “Kau pikir aku bisa menerima kata maaf-mu setelah apa yang kau lakukan padaku kemarin huh? Kau pikir aku ini gadis murahan seperti apa yang kau katakan kemarin?” amarah Sanghee meledak-ledak. Ia menahan segala emosinya dengan mengepalkan tangan kanannya.
air matanya pun sudah ingin jatuh mengenai pipinya. Tapi sekuat mungkin Sanghee menahannya.
Hening sejenak, Sanghee masih menatap Donghae marah, tapi pria itu hanya menundukan kepalanya kelantai. “Baik, lupakanlah apa yang telah terjadi kemarin… aku akan melupakan semua memori-ku tentang dirimu. Anggap kita tidak pernah bertemu. Jangan pernah berbicara denganku lagi karena aku tidak akan pernah menggubrismu” kata Sanghee akhirnya. Ia sudah bersiap akan melangkahkan kembali kakinya meninggalkan Donghae, tapi Donghae sudah lebih dulu menahan tangan kiri Sanghee membuatnya menghentikan langkah kakinya.
“Tak bisakah kau dengarkan aku dulu?” cegah Donghae
“Mwo ? apa yang harus aku dengar darimu? Apakah sebuah cacian seperti kemarin?”
Donghae terdiam sejenak. Ia masih ragu ingin mengatakan ini atau tidak.
“Apa yang aku lakukan kemarin itu… hanya…hanya sebuah keemosianku, aku tidak suka melihatmu dekat dengan Hyukjae, aku tidak suka melihatmu tersenyum bersamanya, aku tidak suka melihatmu yang begitu membanggakan dirinya, aku tidak suka melihatmu disentuh olehnya. Dan aku tidak suka apapun yang kau lakukan dengan dirinya” ungkap Donghae panjang lebar. Sanghee membelalakan sedikit matanya. Ia heran dan bingung. Ia harus merespon apa?
walaupun sejujurnya ia tidak terlalu mengerti apa yang telah Donghae katakan. Kenapa ia membawa nama Hyukjae dalam masalah ini?
“Aku tau, bagimu mungkin Hyukjae adalah yang terbaik, dan … mungkin hanya dia yang bisa membuatmu tersenyum bahagia.. tapi…” Donghae menghentikan kata-katanya.
Sanghee menoleh kearah Donghae sejenak. Ia menunggu Donghae melanjutkan kata-katanya.
“Tapi mungkin saja, dia bukan yang terbaik untukmu Sanghee-ya” ucapnya lembut. “Kuharap kau mengerti apa yang telah aku katakan” lanjut Donghae akhirnya, ia berjalan melewati gadis itu dan meninggalkannya setelah menatap wajah gadis itu sejenak. Sanghee terasa membatu. Rasanya ia ingin menangis kali ini. Entahlah.. ia merasa ia telah melakukan apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Ia merasa sepertinya ia telah menyakiti hati seorang pria yang tidak lain adalah Donghae. Tapi ia juga tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Donghae.
“Choi Sanghee” Hyukjae sedikit berteriak. Ia memanggil Sanghee yang tengah berdiri didepan pintu, dan tak jauh dari sana adalah tempat Donghae berdiri, pria itu sempat terlonjak saat Hyukjae memanggil nama Sanghee.
“Oppa!” Hyukjae kemudian tersenyum dan menghampiri Sanghee “Bisa kita pergi sekarang?” tanya Hyukjae. Sanghee masih berusaha untuk mengendalikan pikirannya yang sedikit kacau setelah mendengar kata-kata Donghae tadi. Gadis itu akhirnya menggangguk sambil tersenyum.
“Tentu” jawabnya pelan. Tanpa canggung Hyukjae meraih jari-jari tangan Sanghee kemudian menggandengnya. “Ayo”
Melihat senyuman Hyukjae, Sanghee ikut tersenyum. Keduanya mencoba menghilangkan rasa canggung.
“Tentu” jawabnya pelan. Tanpa canggung Hyukjae meraih jari-jari tangan Sanghee kemudian menggandengnya. “Ayo”
Melihat senyuman Hyukjae, Sanghee ikut tersenyum. Keduanya mencoba menghilangkan rasa canggung.
Tapi jauh dibelakang mereka berdua, terlihat seorang pria yang sedang melihat kepergian Hyukjae dan Sanghee dengan kesal. Hatinya begitu teriris sakit melihat Hyukjae menggandeng tangannya dan tersenyum tulus untuk Sanghee. Ada rasa iri yang ia rasakan.
***
Hyukjae masih menggandeng lembut tangan Sanghee ketika mereka sudah berada ditempat parkir. Pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Sanghee, dengan riang gadis itu memasukan tubuhnya kedalam mobil. Dan ternyata menurut Sanghee, Hyukjae adalah pria yang cukup romantis. Ia melakukan hal yang mungkin terlihat kecil, tapi bagi Sanghee itu adalah sebuah nilai plus untuk seorang pria.
Mobil sedan milik Hyukjae melaju ketempat tujuan mereka yaitu taman hiburan, mereka terus berbincang didalam mobil. Sesekali Hyukjae terkekeh mendengar kata-kata Sanghee yang menurutnya sedikit polos dan lucu.
Tak berapa lama kemudian Hyukjae memarkirkan mobilnya ditempat parkiran sebuah taman hiburan. Sanghee membuka pintu kemudian merenggangkan tangannya tepat diluar mobil.
Ia sedikit terkaget melihat Hyukjae yang berdiri disampingnya dengan menggunakan masker yang melapisi hidung dan bibirnya agar tak terlihat. Dan tentu saja sebuah kacamata hitam yang bertengger dihidungnya. “Hahaha .. oppa kau menyeramkan sekali” kata Sanghee terkekeh melihat penampilbertengger dihidungnya. “Hahaha .. oppa kau menyeramkan sekali” kata Sanghee terkekeh melihat penampilan Hyukjae yang aneh.
“Hehe, aku hanya mencoba untuk tidak ketahuan”
Ah, Sanghee hampir lupa bahwa Hyukjae adalah seorang artis. Tapi jujur saja, penampilan Hyukjae yang sedikit menyeramkan itu agak membuat Sanghee jadi tidak nyaman. Ia hanya ingin Hyukjae memakai kacamata saja mungkin. Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus menerima semua itu. Itu juga salah satu cara agar tidak terjadi apa-apa pada Sanghee. Ia tak berani membayangkan penggemar-penggemar Hyukjae akan menariknya dan mendorongnya ke lubang buaya (?).
Sanghee dan Hyukjae kemudian berjalan kearah wahana-wahana yang berada disana. Mereka berniat untuk menjajal semua wahana yang ada disini. “Oppa, bagaimana jika kita lebih dulu ke—” belum sempat Sanghee meneruskan kata-katanya, Hyukjae sudah sibuk merogoh saku celanya karena merasakan sebuah getaran disana. Ada sebuah panggilan yang masuk kedalam ponselnya.
Ia sedikit terkaget melihat Hyukjae yang berdiri disampingnya dengan menggunakan masker yang melapisi hidung dan bibirnya agar tak terlihat. Dan tentu saja sebuah kacamata hitam yang bertengger dihidungnya. “Hahaha .. oppa kau menyeramkan sekali” kata Sanghee terkekeh melihat penampilbertengger dihidungnya. “Hahaha .. oppa kau menyeramkan sekali” kata Sanghee terkekeh melihat penampilan Hyukjae yang aneh.
“Hehe, aku hanya mencoba untuk tidak ketahuan”
Ah, Sanghee hampir lupa bahwa Hyukjae adalah seorang artis. Tapi jujur saja, penampilan Hyukjae yang sedikit menyeramkan itu agak membuat Sanghee jadi tidak nyaman. Ia hanya ingin Hyukjae memakai kacamata saja mungkin. Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus menerima semua itu. Itu juga salah satu cara agar tidak terjadi apa-apa pada Sanghee. Ia tak berani membayangkan penggemar-penggemar Hyukjae akan menariknya dan mendorongnya ke lubang buaya (?).
Sanghee dan Hyukjae kemudian berjalan kearah wahana-wahana yang berada disana. Mereka berniat untuk menjajal semua wahana yang ada disini. “Oppa, bagaimana jika kita lebih dulu ke—” belum sempat Sanghee meneruskan kata-katanya, Hyukjae sudah sibuk merogoh saku celanya karena merasakan sebuah getaran disana. Ada sebuah panggilan yang masuk kedalam ponselnya.
“Yoboseyo” sapa Hyukjae pada orang yang baru menelponya itu. “Aku sedang di taman bermain? Wae? Bukankah aku sudah izin padamu? … Apa? Kenapa begitu tiba-tiba? … Aku tidak bisa, aku sedang bersama temanku sekarang..” Hyukjae terlihat begitu kacau, ia bersusah payah bergelut dengan manajernya yang sedang menelponnya. Sanghee yang berada disampingnya mengernyit heran melihat Hyukjae yang tengah berselisih tegang dengan orang diseberang telponnya.
Sanghee mempunyai pikiran buruk, dan ia berdoa supaya hal itu jangan sampai terjadi. Baru saja ia merasakan kesenangan. Apakah kali ini ia harus kembali kecewa?
“Ayolah… batalkan saja syuting itu, kau bisa menyuruhku syuting 24 jam nonstop besok jika kau memberiku libur kali ini.. aku mohon!... Tidak bisa? Aishh…” Hyukjae menatap Sanghee sejenak. Ia mendengus kasar setelah menatap mata Sanghee kemudian berkata pada orang ditelponnya “Baiklah, aku akan segera kesana” kata Hyukjae mengakhiri sambungan telponnya.
“Ayolah… batalkan saja syuting itu, kau bisa menyuruhku syuting 24 jam nonstop besok jika kau memberiku libur kali ini.. aku mohon!... Tidak bisa? Aishh…” Hyukjae menatap Sanghee sejenak. Ia mendengus kasar setelah menatap mata Sanghee kemudian berkata pada orang ditelponnya “Baiklah, aku akan segera kesana” kata Hyukjae mengakhiri sambungan telponnya.
“Oppa, wae gurae?” tanya Sanghee penasaran, sejujurnya ia tau apa yang terjadi karena sedari tadi ia sedikit menguping pembicaraan Hyukjae ditelpon. Tapi ia ingin tau kepastian itu dari mulut Hyukjae sendiri. “Sanghee-ya… mianhe” ucap Hyukjae, raut menyesal terlihat begitu jelas guratan wajahnya. Sanghee menelan ludah. Ia kecewa, sangat kecewa. Kenapa nasibnya begitu naas kali ini? *kok naas sih? ==”*
Okelah, Sanghee harus menerima sesuatu hal yang buruk terjadi seperti ini. “Aku.. aku ada syuting mendadak hari ini.. dan sekarang juga aku sedang ditunggu sutradara di lokasi, aku sangat minta maaf, kita tidak bisa berkencan hari ini” jelas Hyukjae. Sanghee cukup kaget mendengar kata itu. Ia bingung harus berkata dan membalas apa. Tidak mungkin sekali jika ia harus mencegah Hyukjae dan tetap menahannya untuk menjelajahi taman hiburan kan? Sanghee tidak seegois itu.
Sanghee bersusah payah merekahkan senyumannya untuk Hyukjae, ia mencoba sedikit tegar.
“Gwaenchana… lagipula seharusnya aku juga tau, bahwa orang sepertimu tidak bisa bermain-main ketempat seperti ini hehe… aku minta maaf” kata Sanghee
“Anio, Sanghee-ya.. aku yang seharusnya minta maaf.. aku janji padamu, lain kali aku pasti akan mengajakmu lagi, hanya saja bukan hari ini”
“Sudahlah oppa, santai saja.. aku tidak apa-apa kok”
“Ta..Tapi”
“Pergilah… aku tau kau sudah ditunggu sutradaramu kan? Jangan membuat seorang sutradara menunggu oppa” kata Sanghee diakhiri kekehan paksa dibelakang kalimat. Hyukjae tersenyum kemudian mengelus pelan puncak kepala gadis itu. “Terima kasih kau sudah mau mengerti.. dan sekali lagi aku minta maaf” Sanghee mengibaskan tangannya “Tidak apa-apa” ucapnya.
Kemudian pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Sanghee “Ayo kuantar kau pulang lebih dulu”
“Ah tidak usah oppa, aku masih ingin bermain disini… kau pergi saja”
“Tapi aku yang sudah membawa mu disini dan seharusnya aku juga yang mengantarmu pulang kan?”
“Ih, kau ini! Tidak usah!! Pokoknya cepat pergi… aku tak ingin mendengar berita Hyukjae oppa diomeli oleh sutradara..” kata Sanghee seraya mendorong tubuh pria itu masuk kedalam mobilnya. “Hati-hati ya oppa” ujar Sanghee akhirnya. Ia melambaikan tangannya setelah Hyukjae mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan Sanghee yang masih berdiri dan menghembuskan nafas kencang.
Sanghee bersusah payah merekahkan senyumannya untuk Hyukjae, ia mencoba sedikit tegar.
“Gwaenchana… lagipula seharusnya aku juga tau, bahwa orang sepertimu tidak bisa bermain-main ketempat seperti ini hehe… aku minta maaf” kata Sanghee
“Anio, Sanghee-ya.. aku yang seharusnya minta maaf.. aku janji padamu, lain kali aku pasti akan mengajakmu lagi, hanya saja bukan hari ini”
“Sudahlah oppa, santai saja.. aku tidak apa-apa kok”
“Ta..Tapi”
“Pergilah… aku tau kau sudah ditunggu sutradaramu kan? Jangan membuat seorang sutradara menunggu oppa” kata Sanghee diakhiri kekehan paksa dibelakang kalimat. Hyukjae tersenyum kemudian mengelus pelan puncak kepala gadis itu. “Terima kasih kau sudah mau mengerti.. dan sekali lagi aku minta maaf” Sanghee mengibaskan tangannya “Tidak apa-apa” ucapnya.
Kemudian pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Sanghee “Ayo kuantar kau pulang lebih dulu”
“Ah tidak usah oppa, aku masih ingin bermain disini… kau pergi saja”
“Tapi aku yang sudah membawa mu disini dan seharusnya aku juga yang mengantarmu pulang kan?”
“Ih, kau ini! Tidak usah!! Pokoknya cepat pergi… aku tak ingin mendengar berita Hyukjae oppa diomeli oleh sutradara..” kata Sanghee seraya mendorong tubuh pria itu masuk kedalam mobilnya. “Hati-hati ya oppa” ujar Sanghee akhirnya. Ia melambaikan tangannya setelah Hyukjae mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan Sanghee yang masih berdiri dan menghembuskan nafas kencang.
***
Sanghee memajukan bibirnya saat ia tengah duduk dibangku di taman hiburan. Ia terlihat tampak seperti orang bodoh yang sedang duduk sendirian. Kesal? Tentu saja, dari tadi ia melihat banyak orang-orang yang berjalan didepannya dan tentu saja mereka berpasangan. Hanya Sanghee mungkin yang disini sendiri tanpa seorang pria yang mendampinginya. Oh kasihan…
“Cish ~ lebih baik aku pulang dari sini” gerutunya kesal lalu mengangkat dirinya dari bangku. Tapi kemudian ia berpikir. Untuk apa sudah jauh-jauh kesini tapi hanya duduk saja?
“Kalau begitu aku beli ice cream saja lah” ucapnya kemudian berjalan ketempat penjual ice cream yang berada tidak jauh dari tempat Sanghee. Ia berdiri didepan si penjual ice cream setelah ia memesan ice cream rasa strawberry.
“Kalau begitu aku beli ice cream saja lah” ucapnya kemudian berjalan ketempat penjual ice cream yang berada tidak jauh dari tempat Sanghee. Ia berdiri didepan si penjual ice cream setelah ia memesan ice cream rasa strawberry.
Setelah sedikit berurusan dengan tukang ice cream Sanghee kembali duduk dibangku taman bermain itu. ia memakan ice creamnya dengan gerakan tidak santai, ia memakan ice cream itu seperti sedang melampiaskan kekesalannya pada ice cream itu.
“Dasar! Kenapa sih aku tidak pernah di senangi oleh pria? Baru saja aku berharap bahwa aku akan melalui hal-hal manis bersama Hyukjae Oppa.. tapi selaluuuu saja ada pengganggunya.. uuuhhhh” gerutunya panjang. Setelah ice creamnya sisa sedikit ia langsung melahap ice cream itu dengan sekali gerakan. Ia terlihat seperti orang mabuk ice cream (?) .
“Dasar! Kenapa sih aku tidak pernah di senangi oleh pria? Baru saja aku berharap bahwa aku akan melalui hal-hal manis bersama Hyukjae Oppa.. tapi selaluuuu saja ada pengganggunya.. uuuhhhh” gerutunya panjang. Setelah ice creamnya sisa sedikit ia langsung melahap ice cream itu dengan sekali gerakan. Ia terlihat seperti orang mabuk ice cream (?) .
“EHEM !!” tiba-tiba Sanghee mendengar sebuah dehaman yang cukup keras dibelakangnya. Pertama, ia memang mencoba untuk mengabaikannya tapi setelah ia teliti siapa pemilik sebuah dehaman yang sepertinya dari seorang pria itu ia menolehkan kepalanya ke belakang.
“Butuh teman?” tanya pria yang mendeham tadi. Sanghee memutar bola matanya kemudian membuang muka pada pria itu, seolah-olah ia malas meladeni pria itu. tapi memang ia sedang malas meladeni orang itu.
“Hei nona, tidak seharusnya kau mengabaikanku...” kata pria itu. Pria itu beralih berjalan dan duduk disamping gadis itu. Melihat hal itu Sanghee sedikit menggeser tubuhnya untuk sedikit lebih jauh dari pria itu seakan pria itu adalah penyakit menular yang begitu berbahaya.
“Butuh teman?” tanya pria yang mendeham tadi. Sanghee memutar bola matanya kemudian membuang muka pada pria itu, seolah-olah ia malas meladeni pria itu. tapi memang ia sedang malas meladeni orang itu.
“Hei nona, tidak seharusnya kau mengabaikanku...” kata pria itu. Pria itu beralih berjalan dan duduk disamping gadis itu. Melihat hal itu Sanghee sedikit menggeser tubuhnya untuk sedikit lebih jauh dari pria itu seakan pria itu adalah penyakit menular yang begitu berbahaya.
“Em… aku minta maaf soal kemarin, entahlah sudah berapa kali kuserukan kata maaf itu untukmu..tapi asal kau tau, aku melakukan hal itu kemarin karena aku sedang emosi dan kau bisa bilang aku sedang tidak waras okay? Tapi aku berjanji aku sekarang sudah baik-baik saja dan tidak akan pernah melakukan hal yang aneh-aneh lagi padamu… kau mengerti?” jelas pria itu panjang.
“Kau itu bicara apa sih” Sanghee berkata tanpa menoleh sedikit pun kearah pria itu.
“Kau tidak mengerti? Apa otakmu terlalu bodoh untuk ukuran anak SMA huh?” cela pria itu.
“Berhenti mencelaku Lee Donghae!!! Sedang apa kau disini huh?”
“Ingin menemanimu… kau bilang tadi kau kesepian kan sendiri disini? Sementara tempat ini sebagian besar adalah pasangan kekasih.. apa kau tak merasa risih?”
“Untuk apa aku risih.. aku lebih risih kalau kau ada disini!” katanya ketus, sejujurnya kata-kata Sanghee begitu menghujam jantungnya, tapi mengingat ia harus mendapatkan permintaan maaf dari gadis itu, ia mencoba sebisa mungkin untuk bersabar.
“Kau tidak mengerti? Apa otakmu terlalu bodoh untuk ukuran anak SMA huh?” cela pria itu.
“Berhenti mencelaku Lee Donghae!!! Sedang apa kau disini huh?”
“Ingin menemanimu… kau bilang tadi kau kesepian kan sendiri disini? Sementara tempat ini sebagian besar adalah pasangan kekasih.. apa kau tak merasa risih?”
“Untuk apa aku risih.. aku lebih risih kalau kau ada disini!” katanya ketus, sejujurnya kata-kata Sanghee begitu menghujam jantungnya, tapi mengingat ia harus mendapatkan permintaan maaf dari gadis itu, ia mencoba sebisa mungkin untuk bersabar.
“Baiklah baiklah, apa yang bisa kulakukan supaya kau memaafkanku?” tanya Donghae sedikit frustasi. Sanghee terdiam, sebenarnya ia sungguh malas untuk menjawab pertanyaan. Tapi akhirnya ia menjawab “Bisakah kau mengembalikan mood ku? Mengingat kau pria yang menyebalkan dan mood ku juga sedang jelek karena hal tadi kemungkinan besar kau tidak bisa” kata Sanghee menantang. Donghae memiringkan kepalanya terlihat sedang berpikir. “Oke”
jawabnya santai seperti tidak ada beban. “Kau menerima tantanganku?” Sanghee menaikkan alisnya “Tentu saja, bagiku itu hal yang mudah” jawab Donghae sok.
“Baiklah.. kita lihat apa yang bisa kau lakukan” Sanghee tersenyum licik. “Oke… kita mulai dari mana?” tanya Donghae. “Em.. belikan aku ice cream” pinta Sanghee
“Hah? Bukankah tadi kau sudah makan ice cream?”
“Iya, tapi sekarang aku ingin makan yang rasa cokelat.. cepat belikan!!” perintah Sanghee setengah berteriak. “Ne ne” jawab Donghae, tanpa basa basi ia langsung melangkah meninggalkan Sanghee ke tempat ice cream. Setelah melihat kepergian pria itu. Sanghee membuka syal warna cokelatnya lalu menguncir satu rambutnya keatas kepalanya dan menyisakan sedikit anak rambut didekat telinganya. Sehingga wajah gadis itu terlihat makin menawan *cielah xD*
Tak lama kemudian Donghae datang dengan sebuah dua buah ice cone ditangannya. Ia memberikan satu cone pada Sanghee yang sedang memasukan syalnya kedalam tas. Gadis itu tersenyum manis saat melihat Donghae memberikan ice cream cokelat itu kepadanya.
Donghae hampir saja menjatuhkan Ice cream ditangannya setelah melihat senyuman Sanghee. Senyuman yang membuatnya membulatkan matanya, tanpa sadar Donghae pun ikut tersenyum.
Dan ia baru saja menyadari bahwa Sanghee mengubah tatanan rambutnya yang tadinya tergerai menjadi dikuncir diatas kepalanya membuat gadis itu memamerkan leher indahnya. Donghae mengalihkan pandangannya pada leher jenjang Sanghee. Kulitnya begitu mulus tanpa cela, putih seputih salju. Kali ini ia harus mengakui bahwa Sanghee cantik dengan memamerkan leher jenjang miliknya. Donghae menelan saliva-nya dengan susah payah. Tidak tidak! Hentikan pikiran gilamu Lee Donghae. Pikirnya memberi sugesti pada dirinya sendiri. Sepertinya ia cukup tergoda dengan leher indah gadis itu.
Donghae hampir saja menjatuhkan Ice cream ditangannya setelah melihat senyuman Sanghee. Senyuman yang membuatnya membulatkan matanya, tanpa sadar Donghae pun ikut tersenyum.
Dan ia baru saja menyadari bahwa Sanghee mengubah tatanan rambutnya yang tadinya tergerai menjadi dikuncir diatas kepalanya membuat gadis itu memamerkan leher indahnya. Donghae mengalihkan pandangannya pada leher jenjang Sanghee. Kulitnya begitu mulus tanpa cela, putih seputih salju. Kali ini ia harus mengakui bahwa Sanghee cantik dengan memamerkan leher jenjang miliknya. Donghae menelan saliva-nya dengan susah payah. Tidak tidak! Hentikan pikiran gilamu Lee Donghae. Pikirnya memberi sugesti pada dirinya sendiri. Sepertinya ia cukup tergoda dengan leher indah gadis itu.
“Hei! Kau tidak menutup wajahmu?” tanya Sanghee tiba-tiba saat Donghae masih tenggelam dengan lamunannya. Donghae terlonjak kaget. “Hah? Eung.. aku sudah memakai kacamata kan?” jawab Donghae seraya menunjuk kearah kacamata yang telah bertengger dihidungnya.
“Iyasih, tapi tadi Hyukjae oppa memakai masker juga.. kau tidak pakai?”
“Ani.. aku ini terkenal dengan eye smile ku yang begituuu memikat.. jadi bagian terpenting yang harus kututup adalah mata” timpal Donghae santai. “Ish.. disaat seperti ini kau masih bisa narsis ya?” cibir Sanghee masih dengan menyantap ice cream cokelat yang ada ditangannya. Donghae tertawa kecil sambil merapikan topi yang berada diatas kepalanya.
“Iyasih, tapi tadi Hyukjae oppa memakai masker juga.. kau tidak pakai?”
“Ani.. aku ini terkenal dengan eye smile ku yang begituuu memikat.. jadi bagian terpenting yang harus kututup adalah mata” timpal Donghae santai. “Ish.. disaat seperti ini kau masih bisa narsis ya?” cibir Sanghee masih dengan menyantap ice cream cokelat yang ada ditangannya. Donghae tertawa kecil sambil merapikan topi yang berada diatas kepalanya.
Beberapa menit Sanghee dan Donghae berkutat menghabiskan ice creamnya sambil sedikit berbincang. “Hei, kau merasa lapar tidak?” tanya Donghae memegang perutnya yang sudah mulai keroncongan. “Iya… padahal aku sudah makan dua cone ice cream”
“Ice cream itukan tidak mengenyangkan.. yasudah kita makan saja dulu” ajak Donghae sambil menarik pelan tangan Sanghee kearah restaurant yang akan mereka datangi.
***
“Ice cream itukan tidak mengenyangkan.. yasudah kita makan saja dulu” ajak Donghae sambil menarik pelan tangan Sanghee kearah restaurant yang akan mereka datangi.
***
Sanghee memegang kedua sumpitnya di masing-masing tangannya. Raut wajah kelaparan sudah jelas terlihat. Ia memandang lurus daging-daging yang sudah teriris tipis-tipis didepan meja beserta sayur-sayuran pelengkap. Perutnya sudah mulai ber-marching band setelah melihat daging-daging yang sudah hampir matang itu. “Hm~ wanginya” seru Sanghee riang.
“Makanlah…” tawar Donghae, gadis itu langsung cekikan memamerkan deretan gigi putihnya. Tangannya dengan lincah mengambil makanan dan potongan daging yang sudah tersaji disana. Perlahan tapi pasti dan potongan demi potongan sudah berada dalam mulutnya hingga mulutnya penuh dengan makanan. Ia mengunyah makanan itu dengan semangat. Seakan tidak peduli dengan keberadaan seorang pria dihadapannya. Pria itu kini tengah tertawa melihat kelakuan Sanghee.
“Enak?” tanya Donghae yang juga sedang menyantap masakan itu. Sanghee mengangguk cepat. “Enuaak…seukalli” jawab Sanghee tidak jelas mulutnya masih dipenuhi dengan makanan.
“Habiskanlah”
“Tentu saja, aku pasti bisa menghabiskannya hehe” katanya sedikit tertawa.
“Tunggu…” setelah menghabiskan suapannya Sanghee memajukan tubuhnya kearah Donghae. Donghae bisa merasakan jantungnya yang berdetak jauh lebih cepat saat gadis itu menatap matanya yang tertutup kacamata. Gadis itu kemudian beralih menarik kacamata yang sedari tadi bertengger dimata Donghae dan membiarkan mata Donghae terlihat tanpa ditutupi kacamata lagi.
“Hei kau gila???” Donghae gelagapan kemudian mencoba mengambil kacamatanya. Namun sayang kacamata hitamnya itu sudah Sanghee masukan kedalam saku jaketnya.
“Tenang saja, tak akan ada yang tau itu kau.. aku sedikit tidak suka melihat seorang makan dengan kacamata hitam.. seperti penjahat saja” kata Sanghee kemudian melanjutkan makannya. Donghae menatap Sanghee dengan pandangan yang tidak biasa. ia sedikit tersenyum misterius melihat Sanghee yang tengah menyantap makanannya.
“Habiskanlah”
“Tentu saja, aku pasti bisa menghabiskannya hehe” katanya sedikit tertawa.
“Tunggu…” setelah menghabiskan suapannya Sanghee memajukan tubuhnya kearah Donghae. Donghae bisa merasakan jantungnya yang berdetak jauh lebih cepat saat gadis itu menatap matanya yang tertutup kacamata. Gadis itu kemudian beralih menarik kacamata yang sedari tadi bertengger dimata Donghae dan membiarkan mata Donghae terlihat tanpa ditutupi kacamata lagi.
“Hei kau gila???” Donghae gelagapan kemudian mencoba mengambil kacamatanya. Namun sayang kacamata hitamnya itu sudah Sanghee masukan kedalam saku jaketnya.
“Tenang saja, tak akan ada yang tau itu kau.. aku sedikit tidak suka melihat seorang makan dengan kacamata hitam.. seperti penjahat saja” kata Sanghee kemudian melanjutkan makannya. Donghae menatap Sanghee dengan pandangan yang tidak biasa. ia sedikit tersenyum misterius melihat Sanghee yang tengah menyantap makanannya.
Donghae melayangkan sumpitnya kearah mulut Sanghee mengharapkan gadis itu menangkap suapannya. “Makan ini” suruh Donghae. Sanghee mengernyit. “Kau tidak memasukan racun kan?” tanya Sanghee curiga “Tidak! Setiap aku makan makanan yang begini.. aku punya cara sendiri dan rasanya akan lebih enak… Cobalah” jelas Donghae.
Sanghee menatap takut-takut daging yang terbalut daging hijau itu. tapi kemudian ia membuka mulutnya dan menangkap suapan Donghae. Ia mengunyah perlahan-lahan dan menghabiskan suapannya tapi kemudian Sanghee meringis “Ya!! Ini pedas sekali!!! Kau gila ya!!! Hoaahh fuuuff hooaahh pedaaaaaaaaaaass” erangnya menjulurkan sedikit lidahnya yang kepedasan.
“Tanggung jawab kau !!!” gerutu Sanghee sebal. “Hahahahahahahahahaha…Minum saja” kata Donghae terkekeh. Sanghee meneguk minuman sebanyak-banyaknya demi menghilangkan rasa pedas itu. “Eum… tapi enak juga… aku mau lagi” pinta Sanghee dengan tatapan polos.
“Hah? Kau sudah kepedasan sekarang kau minta lagi?” Donghae heran, ia sempat berpikir kenapa gadis ini begitu aneh?
“Sudahlah… aku minta lagii!! Cepat suapkan… Aaaa~” Sanghee sudah siap membuka mulutnya untuk menyambut suapan Donghae. “Tidak mau”
Mendengar kata Donghae, Sanghee langsung memajukan bibirnya kesal. Terlihat sangat lucu di mata Donghae, pria itu kembali tertawa lebar. “Kau benar-benar lucu Sanghee” katanya tulus. Ia masih tertawa, matanya membentuk sebuah eye smile yang begitu memikat. Sanghee hampir tidak berkedip melihat bentuk mata pria itu ketika tertawa. Baru ia sadari senyuman pria itu begitu menenangkan hatinya, jantungnya pun terasa sedikit lebih cepat. “Oh… kenapa jadi berdebar begini?” tanya Sanghee dalam hati. Ia begitu heran. Kenapa ia bisa begitu berdebar saat melihat senyuman Donghae, apa mungkin gadis itu menyukainya?
***
Langit di kota Seoul hari ini begitu cerah. Mungkin itu akan menjadi pendukung dalam misi Donghae untuk mengembalikan mood Sanghee. Ia sudah bisa melihat gadis itu tersenyum di restaurant tadi. Donghae senang jika gadis itu pun senang. Betapa bangganya ia melihat gadis itu tersenyum karenanya tadi.
“Huuummm… Aku kenyang.. makanannya lezat sekali” didepan restaurant itu Sanghee memegangi perutnya yang terasa sudah penuh. “Kau suka?” tanya Donghae.
Sanghee tersenyum kemudian mengangguk ceria. “Ne, terima kasih ya” tuturnya tulus. Hati Donghae kembali berbunga-bunga. Baru kali ini ia mendengar kata ‘Terima Kasih’ keluar dari mulut Sanghee. Pria itu kembali tersenyum kemudian meraih tangan Sanghee dan menggenggamnya lembut. Tapi Sanghee tidak menolak saat melihat senyuman Donghae. Entah, ia seperti sudah terhipnotis oleh senyuman pria itu.
Sanghee tersenyum kemudian mengangguk ceria. “Ne, terima kasih ya” tuturnya tulus. Hati Donghae kembali berbunga-bunga. Baru kali ini ia mendengar kata ‘Terima Kasih’ keluar dari mulut Sanghee. Pria itu kembali tersenyum kemudian meraih tangan Sanghee dan menggenggamnya lembut. Tapi Sanghee tidak menolak saat melihat senyuman Donghae. Entah, ia seperti sudah terhipnotis oleh senyuman pria itu.
“Mau merasakan hal yang lebih menarik lagi?” tanya Donghae. Sanghee terlihat tertarik, ia kemudian mengiyakannya dengan berkata “Boleh”
***
***
TBC
0 komentar:
Posting Komentar